Presiden: PLTU Batang Bukti Kami Bereskan Masalah Investasi

PLTU Cirebon
Sumber :
  • Antara/ Yudhi Mahatma
VIVA.co.id - Presiden Joko Widodo meresmikan peletakan batu pertama pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Batang, Jawa Tengah, pada Jumat pagi, 28 Agustus 2015. PLTU berkapasitas 2.000 mega watt itu terletak di pantai Desa Ujungnegoro, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang.
PMA Tak Merata Akibat Kurang Listrik

Proyek PLTU Batang dibangun dengan pola kerja sama pemerintah swasta (KPS/PPP). Proyek dengan nilai investasi lebih 4 miliar dolar Amerika Serikat itu adalah proyek KPS pertama. Diatur berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur.
Strategi Menteri Arcandra Targetkan PLTP 7.000 MW

PLTU Batang, kata Presiden, dibangun dengan melibatkan investor untuk membiayai proyek, karena Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tidak cukup. Hal itu bukti bahwa pemerintah bisa menyelesaikan masalah dan memberikan jalan penyelesaikan masalah investasi.
Presiden Jokowi Santai UU Amnesty Digugat

“Ini menjadi model, dan kita berharap optimis bahwa problem-problem investasi bisa diselesaikan,” kata Presiden, seperti dikutip dari laman resmi Sekretariat Kabinet, Setkab.go.id.

Proyek PLTU direncanakan selesai tahun 2018 dan diharapkan tidak berhenti karena permasalahan izin dan pembebasan lahan. Kalau PLTU itu selesai, produksi listriknya dapat memenuhi kebutuhan listrik di seluruh Jawa dan Bali.

Presiden berkepentingan memastikan proyek itu selesai tepat waktu. Maka dia akan memantau terus perkembangan pengerjaan proyek. “Saya berharap semuanya segera bekerja. Saya akan mendadak mengecek ke sini lagi, entah sebulan, dua bulan, tiga bulan lagi,” katanya.

Kepala Negara menekankan manfaat besar dari PLTU itu bagi masyarakat. Dari listrik yang dihasilkan, anak-anak bisa belajar dengan penerangan di malam hari, nelayan-nelayan bisa membeli freezer dan menghidupkan untuk mengawetkan ikan, toko-toko kecil dan usaha kecil sampai industri besar bisa tumbuh.

Direktur Utama Bhimasena Power Indonesia, Mohammad Effendi, menjelaskan bahwa proyek PLTU Batang menggunakan teknologi ultra super critical. Teknologi itu untuk memberikan tingkat efisiensi yang tinggi dan memiliki dampak lingkungan rendah. “Teknologinya sangat mutakhir dan saat ini terbesar di Asia Tenggara,” ujarnya.
Pekerja memasang kawat baja sebelum pengujian tower transmisi listrik milik PLN. Foto ilustrasi

34 Proyek Pembangkit Listrik Mangkrak, Negara Merugi

Sari 34 proyek ada 12 proyek tidak bisa berlanjut.

img_title
VIVA.co.id
4 November 2016