Saham Jatuh, AirAsia Indonesia Terancam
VIVA.co.id - Saham maskapai penerbangan murah AirAsia Bhd anjlok lebih dari 8 persen ke level terendah dalam lima tahun. Hal ini menimbulkan kekhawatiran investor yang mungkin kehilangan tenggat waktu untuk menaikkan ekuitas afiliasi Indonesia guna menghindari sanksi.
PT Indonesia AirAsia, 49 persen sahamnya dimiliki oleh AirAsia. Kini mereka jadi salah satu dari 13 penerbangan yang diketahui memiliki "ekuitas negatif" oleh Kementerian Perhubungan.
Unit low cost carrier terbesar di Asia memiliki waktu sampai akhir bulan untuk meningkatkan setidaknya US$230 juta sekaligus membalikkan defisit dana para pemegang saham, menurut analis.
Dikutip dari Reuters, Rabu 8 Juli 2015, langkah yang dilakukan Kementerian Perhubungan tersebut berasal dari pertanyaan yang diajukan oleh perusahaan riset di Hong Kong mengenai transaksi pembukuan AirAsia dengan afiliasi.
Saham jatuh ke 1,37 ringgit, titik terendah sejak 23 Juli 2010, sedangkan saham jarak jauh, AirAsia X, jatuh sebanyak 4,9 persen. Indeks acuan turun 1 persen.
AirAsia pada Selasa menyatakan akan mengupayakan pertemuan dengan Kementerian Perhubungan di Indonesia. Meskipun terjadi penurunan tajam saham AirAsia, analis skeptis bahwa suspensi akhirnya akan diterapkan pada 13 operator terpengaruh.
Mohshin Aziz, analis Maybank Kim Eng, mengatakan batas waktu itu terlalu cepat dan ada kemungkinan akan ada negosiasi antara pemerintah Indonesia dan maskapai.
"Putusan ini begitu berat, kemungkinan 13 penerbangan akan ditunda sehingga ribuan orang akan kehilangan pekerjaan. Tidak ada pemerintah di dunia yang menginginkan itu," katanya. (one)