Angka Kecelakaan Kerja di Indonesia Tinggi, Salah Siapa?
Senin, 29 Juni 2015 - 20:32 WIB
Sumber :
- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVA.co.id
- Di balik suksesnya pembangunan Bandara Kuala Namu, Jembatan Suramadu dan jalan tol Cikampek - Palimanan, serta proyek besar lainnya, tersimpan fakta jika angka kecelakaan terhadap para buruh konstruksi cukup besar.
Data dari International Labour Organization (ILO) mencatat, setiap hari terjadi sekira enam ribu kecelakaan kerja mengakibatkan korban fatal di dunia. Di Indonesia, ada 20 kasus kecelakaan dialami para buruh dari setiap 100 ribu tenaga kerja, dan 30 persennya terjadi di sektor kontruksi.
"Data dari Jamsostek, secara keseluruhan sembilan orang meninggal perhari. Tiga orang di tempat kerja, enam orang di hubungan kerja. Ini meliputi saat perjalanan menuju atau setelah dari tempat kerja," kata Daafi Armada, Kasie Pengawasan Norma K3 Konstruksi Bangunan dalam diskusi publik yang diadakan di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Senin, 29 Juni 2015.
Hal itu pun Diakui, Chandra Kurniawan, Kasubdit Pengawasan Norma Konstruksi Bangunan, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Menurutnya, hal itu terjadi karena kurangnya pengawasan yang menyebabkan lemahnya perlindungan pekerja dan tingginya kecelakaan di sektor konstruksi.
Ia mengungkapkan, jumlah tenaga kerja sektor konstruksi di Tanah Air saat ini berjumlah enam juta orang, namun angka kecelakaan kerja relatif tinggi, mencapai 31 persen.
“Tapi memang risiko kerja konstruksi di hampir semua negara tinggi; seperti di Singapura mencapai 74 persen,” ujar dia.
Kondisi semakin miris lantaran hanya ada sekira 1.500 pengawas untuk mengawasi pekerjaan inrastruktur yang diselenggarakan oleh sekira 175 ribu perusahaan konstruksi.
Baca Juga :
Iuran BPJS Kesehatan Dinaikkan, Layakkah?
Baca Juga :
Peserta Tapera Bisa Pantau Saldo Lewat Ponsel
Baca Juga :
Ini Perbandingan Iuran Tapera dengan Negara Lain
Komisi IX Minta Menaker Lebih Giat dan Pro Terhadap Buruh
Bagaimana kebijakan mensejahterakan, selama ini lebih pro pengusaha.
VIVA.co.id
1 Agustus 2016