Menkeu Bantah Pernyataan Presiden Utang RI pada IMF
Selasa, 28 April 2015 - 20:31 WIB
Sumber :
- ANTARA/Sigid Kurniawan
VIVA.co.id
- Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro membantah keras pidato Presiden Joko Widodo saat di Konferensi Asia Afrika (KAA) lalu yang menyebut Indonesia mempunyai utang pada lembaga Dana Moneter Internasional (IMF). Utang Indonesia pada IMF disebut sebesar US$2,79 miliar.
"Itu sebetulnya bukan utang, itu adalah kuota alokasi SDR (Special Drawing Rights), atau mata uang yang ada dan dipakai oleh IMF. Jadi tidak pakai US$ atau Euro, satu SDR sekian dolar," ujar Bambang di kantornya, di Jakarta, Selasa, 28 April 2015
Bambang menjelaskan, semua negara anggota IMF mendapatkan alokasi dana SDR, termasuk Indonesia.
"Jadi dana itu semacam standby loan, kalau misalnya (dipinjam) negara anggota memerlukan saja. Sampai saat ini Indonesia belum pernah pakai," katanya
"Tapi, utang itu bisa ditarik bisa juga tidak, bisa dipakai Indonesia kalau itu perlu. Karena itu fasilitas dari IMF untuk semua negara anggota," kata Bambang.
Pidato Presiden Jokowi pada pembukaan KAA berbuntut panjang, banyak menimbulkan pro dan kontra di kalangan publik. Jokowi menyebut bahwa perekonomian dunia tidak semestinya hanya bergantung pada IMF, Bank Dunia, dan Asian Development Bank.
Meski sempat meluruskan pernyataannya, tafsir utang Indonesia itu terlanjur diketahui masyarakat. Pemerintah bahkan sempat mengatakan bahwa Indonesia tidak anti dengan IMF, Bank Dunia, dan ADB.
Tak hanya itu, pernyataan Jokowi yang menyebut Indonesia masih berutang kepada IMF dan Bank Pembangunan Asia (ADB) dikritik, bahkan dikoreksi mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melalu kicauan akun Twitter-nya:
"Pak Jokowi mengatakan yg intinya Indonesia masih pinjam uang ke IMF. Berarti kita dianggap masih punya utang kepada IMF," kata SBY melalui akun Twitter-nya, @SBYudhoyono.
Halaman Selanjutnya
Pidato Presiden Jokowi pada pembukaan KAA berbuntut panjang, banyak menimbulkan pro dan kontra di kalangan publik. Jokowi menyebut bahwa perekonomian dunia tidak semestinya hanya bergantung pada IMF, Bank Dunia, dan Asian Development Bank.