Kembangkan Bisnis Lebih Mendunia, Miliarder Ini Rela Tinggalkan RI

Amit Lohia
Sumber :
  • Forbes
VIVAnews
CEO Speaks Nextgen Startup Day: Kupas Tuntas Ketahanan Bisnis di Tengah Startup Berguguran
- Sri Prakash Lohia adalah pendiri dan ketua Indorama Corporation, perusahaan petrokimia dan tekstil. Miliarder ini lahir dan besar di India, tetapi menghabiskan sebagian besarnya hidupnya di Indonesia, yakni sejak 1974.

Gerindra Dukung Maruarar Sirait Gelar Sayembara Rp8 Miliar untuk Tangkap Harun Masiku

Dikutip dari laman
Prabowo soal Pilkada 2024: Menang Jangan Euforia, Kalau Kalah Dukung yang Menang
Forbes , Kamis 20 November 2014, pada 1974 dia dengan sang ayah, Mohan Lal Lohia, memutuskan untuk mendirikan perusahaan tekstil kecil bernama Indorama Synthetics. Berawal dari perusahaan kecil itulah, Indorama terus melesat jauh dan memfokuskan diri ke sektor petrokimia. Kini, pendapatan Indorama Corporation mencapai US$2 miliar per tahun.

Indorama Corporation saat ini memiliki 57 pabrik yang tersebar di 21 negara, dengan produksi polyester terbesar di dunia. Polyester yang diproduksinya digunakan sebagai bahan untuk membuat sarung tangan karet sintesis dan resin, bahan yang digunakan dalam membuat barang-barang seperti botol plastik.

Agar lebih bisa mengawasi kinerja Indorama Corporation yang memiliki cakupan sangat luas, Sri Prakash bersama anaknya, Amit, kemudian memutuskan untuk meninggalkan Indonesia pada 2008 di negara yang berbeda.


Sri Prakash memilih menetap di London bersama dengan kakak iparnya yang juga miliarder produsen baja, sedangkan Amit memilih menetap di Singapura di mana holding Indorama Corporation bermarkas.


"Awalnya, kami menghabiskan begitu banyak waktu di luar Indonesia. Akhirnya kami memilih untuk meninggalkannya," jelas Amit, yang satu dekade lalu sudah masuk ke jajaran direksi perusahaan milik ayahnya itu.


Amit berperan untuk mengawasi proyek-proyek baru yang sedang dikembangkan Indorama, rencana akuisisi perusahaan, dan mencermati bagaimana operasional perusahaan.


Amit juga menjabat di dewan direksi Indorama Ventures, yang memproduksi polyester dan benang. Perusahaan ini masuk ke dalam Forbes ASIA's Fab 50 Companies.


Perusahaan itu dibuat patungan oleh ayah dan pamannya, Aloke, yang juga salah satu miliarder di Thailand.


Amit mengungkapkan, tanggung jawab terbesarnya saat ini adalah mengembangkan Indorama di Afrika. Sejauh ini sang ayah sudah menginvestasikan US$2 miliar untuk pengembangan, sebagian besar produksi ada di Nigeria.


Di Afrika Barat, Indorama menjadi investor asing terbesar di sektor petrokimia. Dia berencana menginvestasikan US$2 miliar dalam waktu empat tahun ke depan.


Indorama mulai memasuki Afrika pada 2006, setelah perusahaan itu mengakuisisi 75 persen saham salah satu perusahaan petrokimia yang kemudian diganti namanya menjadi Indorama Eleme Petrochemical.


Amit lahir di Delhi, India, dia tetap memilih kewarganegaraan India. Tetapi, dia dibesarkan dan menamatkan sekolah hingga SMA di Jakarta, kemudian kuliah di Amerika Serikat. Lulus kuliah dia lalu bekerja di Merrill Lynch, setelah itu dia baru menerima tawaran sang ayah untuk bersama-sama mengurus perusahaan keluarganya.


Tantangan Ekspansi


Pada usia 30 tahun, dia diangkat menjadi direktur. Tapi, tak semuanya berjalan mulus tanpa hambatan. Menuturnya, bisnis petrokimia dan tekstil adalah industri padat modal dan tenaga kerja. Belum lagi juga harus berjibaku selama dua tahun hanya untuk pemasaran pada 2004.


Tugas pertama yang diembannya adalah mengawasi ekspansi Indorama di Thailand. Di negara itu, dia membangun pabrik baru yang memproduksi senyawa asam yang digunakan dalam pembuatan pelyester.


Baru dua tahun pabrik itu beroperasi, pihaknya mendapatkan kritik dari pabrik sekitar yang mengatakan bahwa pabriknya memancarkan bau busuk dan harus segera ditutup.


"Padahal setelah diperiksa, emisinya masih berada di angka keselamatan dan ramah lingkungan, memang sesekali ada bau aneh, dan saya tidak menemukan solusi dari itu," ceritanya.


Ingin fokus, dia pun memutuskan untuk tinggal di Thailand. Dia menyewa sebuah perusahaan dari Eropa untuk menganalisis udara di sekitar pabrik. Akhirnya ditemukan bahwa bau aneh itu berasal dari satu cerobong asap, yang memancarkan campuran volatil uap dan senyawa organik.


Lalu bagaimana dengan ekspansi di Afrika? Ia pun mendapatkan perlakukan yang tidak mudah. Pada 2007, 12 eksekutif senior di Nigeria diculik dan disekap selama sebulan.


"Jujur, saat itu, sehari rasanya seperti sebulan," kenang Amit. Saat itu, ayahnya membentuk tim khusus untuk bernegosiasi membebaskan mereka. "Kami paranoid dengan semua hal itu," ungkapnya.


Di awal bergabung dengan perusahaan keluarganya, ia memang beberapa kali melakukan kesalahan. Namun, ia selalu diingatkan sang ayah untuk belajar dari kesalahannya.


Ayahnya banyak memberikan inspirasi kerja kerasnya. Dia juga sangat mengagumi sang paman, Laksmi Mittal, yang berhasil membangun kerajaan bisnis baja global dari bisnis kecil yang ia dirikan di Indonesia.


Ayah dan pamannya mendirikan usaha dan sukses di Indonesia, itulah yang menjadikan batu loncatan untuk ekspansi lebih mendunia. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya