Petani di Uni Eropa Dibayar untuk Hancurkan Hasil Tanam

Presiden Rusia Vladimir Putin pada KTT APEC di Bali
Sumber :
  • REUTERS/Beawiharta
VIVAnews
- Petani di Eropa dikabarkan akan dibayar untuk membuang atau menghancurkan sayur dan buah yang mereka tanam. Langkah ini bertujuan menjaga harga produk hortikultura agar tidak anjlok terkait dampak larangan impor pangan Rusia.


Dilansir
CNN Money,
Selasa 19 Agustus 2014, pejabat Uni Eropa menyatakan bahwa Komisi Eropa menyediakan dana sebanyak 125 juta euro atau sekitar Rp1,95 miliar sebagai kompensasi bagi petani untuk tidak menjual hasil tanamnya, memetiknya sebelum matang, atau membiarkannya membusuk.

Terpopuler: Niatus Sholihah Dibuang Orangtua, Khadija Omar Siap Pakai Burkini di Ajang Miss Universe

"Ini adalah langkah untuk mengurangi supaya harga tidak jatuh," ujar juru bicara Komisi Eropa, Roger Waite.
Komitmen Wujudkan Pemerintahan Bersih jika Pimpin Lamsel, Egi Akan Gandeng Pengawas Independen


Ahmad Luthfi Bakal Hapus Kartu Tani karena Distribusi Tidak Merata
Kebijakan ini akan mulai berlaku hingga November mendatang. Dampaknya ditengarai dapat melindungi petani dari krisis penghasilan. Adapun buah dan sayur yang dihasilkan pada periode panen itu adalah tomat, apel, pir, dan mentimun.


Para petani pun hanya mendapat sedikit pilihan untuk memanfaatkan hasil panen mereka: menyimpannya atau menjualnya di pasar alternatif. Namun, harganya bisa jatuh hingga 50 persen.


Sebagaimana diketahui, pemerintah Rusia menerbitkan dekrit yang melarang impor produk pertanian dari Amerika Serikat dan Eropa. Larangan ini merupakan jawaban Presiden Rusia Vladimir Putin atas sanksi dari Amerika Serikat berupa embargo impor barang militer.


Embargo Rusia ini diperkirakan bakal memukul ekspor pangan dari Eropa, Amerika Serikat, Kanada, dan Norwegia.


Menurut data Uni Eropa, ekspor produk sayur dan buah ke Rusia senilai US$2,7 miliar pada tahun 2013. Negara yang paling terpukul akibat embargo impor pangan Rusia itu adalah Polandia, Spanyol, dan Lithuania.


Waite mengharapkan hasil panen petani itu bisa diberikan cuma-cuma ke bank makanan, penjara, sekolah, atau rumah sakit. Tapi, beberapa ada yang ditinggalkan di pohon atau di tanah. Atau bisa juga dipanen sebelum waktunya, lalu dihancurkan.


Petani Eropa dan asosiasi makanan pun menyambut baik aturan ini. Namun, mereka mengingatkan kebijakan ini akan membahayakan sektor pertanian. Pasalnya, biaya produksi akan menjadi lebih besar daripada uang yang mereka dapatkan.


"Kami akan melanjutkan pengawasan pasar makanan dan bisa mendukung produsen bahan makanan lainnya seperti yang diinginkan," kata Waite. (ita)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya