Aburizal Beberkan Rahasia Perusahaan Bakrie Bertahan Hingga 72 Tahun

Ical Hadiri Ulang Tahun Bakrie Group ke 70
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVAnews - Tokoh nasional Aburizal Bakrie membeberkan rahasia perusahaan Bakrie yang bertahan hingga 72 tahun atau hampir tiga per empat abad.

Ternyata Fico Fachriza Pinjam Uang ke Banyak Artis Bukan untuk Keluarga, Tapi untuk....

Menurut dia, tidak banyak perusahaan --terutama perusahaan nasional-- yang mampu bertahan dan eksis lebih dari 50 tahun. Kelompok usaha Bakrie adalah satu dari sedikit perusahaan yang mampu bertahan hingga sembilan windu.

Pertama-tama, kata ARB --panggilan akrab Aburizal Bakrie--, rahasia sukses perusahaan Bakrie adalah sistem pengelolaan keuangan, yang harus dipisahkan antara uang perusahaan dan uang pribadi/keluarga.

"Rahasianya adalah memisahkan uang perusahaan dengan uang pribadi (keluarga). Kelemahan perusahaan di Indonesia adalah mencampurkan uang perusahaan dengan uang pribadi. Uang perusahaan beda dengan uang pribadi," kata ARB kepada wartawan seusai berziarah dan tabur bunga ke makam ayah dan ibunya di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta, Senin 10 Februari 2014.

Berikutnya adalah etos dan semangat dalam berbisnis. Menurut ARB, kelompok usaha Bakrie mengalami berkali-kali jatuh bangun hingga nyaris bangkrut, karena krisis hebat sejak didirikan sang ayah pada 1942 hingga sekarang. Namun, semangat dan etos kerja yang terus menyala, membikin perusahaan Bakrie terus berusaha bangkit hingga mampu bangkit lagi dari keterpurukan.

"Walaupun krisis, harus tetap semangat, dan harus percaya kepada kekuatan Allah. Allah pasti akan memberi jalan keluar kalau kita punya kemauan dan usaha untuk bangkit," katanya, yang pada kesempatan itu ditemani tiga adiknya, yaitu Roosmania Odi Bakrie, Indra Usmansyah Bakrie, dan Nirwan Dermawan Bakrie.

ARB mencatat, tahun-tahun sulit kelompok usaha Bakrie sejak dipimpin sang ayah, Achmad Bakrie, lalu beralih kepadanya serta adik-adiknya, hingga kini yang mulai memasuki generasi ketiga. Tahun-tahun sulit itu adalah pada 1948, 1957, 1974, 1998, 2001, 2003, dan 2008.

Ia mengaku masih sangat mengingat krisis hebat yang dialami perusahaan Bakrie, akibat kebijakan devaluasi atau penurunan nilai mata uang rupiah terhadap mata uang asing oleh pemerintah pada 1974. "Saya masih ingat betul, hari itu adalah 15 November 1974," tuturnya.

"Saat itu, saya sedang gundah-gulana, karena devaluasi itu, nilai tukar rupiah dari Rp400 per dolar Amerika Serikat menjadi Rp1.600 per dolar Amerika Serikat. Kami takut tidak bisa membayar utang (perusahaan), karena utang kami dalam jumlah dolar cukup banyak," katanya, berkisah.

"Ayah saya bertanya: 'Ada apa?' Lalu saya ceritakan semua kepada beliau, yang intinya perusahaan terancam tidak mampu bayar utang," ujarnya.

Sang ayah, ARB melanjutkan, tak sedikit pun khawatir dengan situasi itu. "Ayah saya bilang: 'Perusahaan ini dibangun dari nol, dan kalau pun harus dari nol lagi (bangkrut), ya, berarti kembali ke semula. Tidak apa-apa," kata ARB mengutip kalimat Achmad Bakrie. Kalimat sederhana sang ayah itu, kata ARB, membangkitkan optimismenya.

Krisis berhasil dilalui
Ringkas cerita, krisis itu berhasil dilalui. Perusahaan Bakrie mampu membayar seluruh utang, dan kemudian justru makin berkembang pesat.

Krisis hebat berikutnya, ARB melanjutkan, terjadi pada 1998, bersamaan dengan krisis moneter yang melanda Indonesia. Di saat yang sama, terjadi pula krisis politik yang ditandai dengan lengsernya penguasa Orde Baru, Soeharto, yang kemudian disebut periode reformasi.

Krisis itu, dia menjelaskan, mengakibatkan keluarga Bakrie kehilangan sebagian besar saham pada perusahaannya sendiri. Mayoritas saham yang semula dikuasai, akhirnya tersisa hanya 2,5 persen.

Israel Serang Bandara dan Pelabuhan Yaman

Kondisi itu terjadi di antaranya karena keluarga harus menjual sebagian besar saham untuk membayar utang yang membengkak.

"Kelompok usaha Bakrie sangat terpukul, terutama pemegang saham. Bisa dibayangkan saat itu sedihnya keluarga Bakrie, terutama Ibu Roosniah (Ibunda Roosniah Nasution)," katanya.

"Saya minta izin ke Ibu untuk menjual saham guna bayar utang. Menjual perusahaan yang didirikan ayah saya 56 tahun lalu. Sedih," ujarnya.

Setelah krisis moneter berangsur-angsur mereda, ujar ARB, perusahaan Bakrie perlahan bangkit kembali. Meski begitu, di saat yang bersamaan, beban utang belum sepenuhnya terselesaikan. Pada 2003, utang perusahaan Bakrie senilai Rp3,6 triliun di Bank Nusa Nasional sudah jatuh tempo dan mulai ditagih.

Di masa itu, menurut ARB, ada perjanjian bisnis perusahaan Bakrie akan membeli Kaltim Prima Coal, sebuah perusahaan penghasil batu bara terbesar di Indonesia. Sementara itu, utang masih sangat besar.

"Tiba-tiba, Februari 2004 kami punya cash Rp3,6 triliun. Akhirnya, kami bisa bangkit lagi," ARB mengisahkan.

Krisis hampir serupa terjadi lagi pada 2008. Dia menambahkan, krisis itu memang tak sehebat pada 1974 atau 1998, tetapi sekali lagi cukup memukul bisnis kelompok usaha Bakrie. Namun, perusahaan kembali keluar dari krisis itu, meski hingga sekarang belum sepenuhnya pulih.

"Sekarang (kelompok usaha Bakrie) tidak sejaya dulu (sebelum 2008), tetapi pelan-pelan, perusahaan-perusahaan Bakrie mulai membukukan keuntungan," ujarnya, yang pada kesempatan itu dihadiri sejumlah direksi perusahaan-perusahaan di lingkungan kelompok usaha Bakrie.

ARB membuat kesimpulan atas perjalanan panjang serta jatuh bangun kelompok usaha Bakrie itu, yakni tidak boleh putus asa untuk sebuah cita-cita.

"Tidak ada yang boleh putus asa. Selalu ada jalan keluar, kalau kita punya kemauan dan usaha. Jalan itu kita sudah lihat, sudah kita buktikan," ujarnya.

Pada bagian akhir, ARB berpesan kepada anak-anak dan keponakannya --generasi ketiga-- serta para direksi untuk memikirkan visi atau masa depan kelompok usaha Bakrie, sekurang-kurangnya hingga masa 100 tahun usia kelompok usaha tersebut.

Tinggi Gelombang Laut Banten Diprakirakan Capai 2,5 Meter, Nelayan Diminta Waspada

Visi itu, menurut dia, harus sejalan dengan visi 100 tahun Indonesia Merdeka pada 2045, yaitu momentum kebangkitan dan kemandirian bangsa Indonesia.

Kandidat calon presiden itu mengingatkan pesan-pesan sang ayah yang termaktub dalam Tri Matra Bakrie, yaitu Ke-Indonesia-an, Kemanfaatan, dan Kebersamaan. "Ke-Indonesia-an ada di urutan pertama, karena kita (kelompok usaha Bakrie) adalah bagian dari bangsa Indonesia, dan kita tidak boleh melupakan Indonesia," tuturnya.

"Seperti pesan ayah saya: 'Setiap sen yang dihasilkan perusahaan Bakrie, harus bermanfaat untuk rakyat banyak," ARB menambahkan. (art)

Tamara Tyasmara

Berlinang Air Mata, Tamara Tyasmara Tak Menyangka Bakal Rayakan Ultah Dante di Makam

Sebagai seorang ibu, Tamara merasa tidak menyangka akan merayakan ulang tahun Dante tahun ini di makam.

img_title
VIVA.co.id
27 Desember 2024