Survei: Iklim Investasi Pertambangan Indonesia Paling Buruk
Selasa, 5 Maret 2013 - 06:49 WIB
Sumber :
- Antara/ Henky Mohari
VIVAnews -
Maraknya berbagai masalah pertambangan di Indonesia beberapa tahun terakhir ini membuat peringkat Indonesia sebagai tempat investasi pertambangan merosot ke posisi buncit.
Dikutip
VIVAnews
dari Laporan tahunan
"Survey of Mining Companies 2012/2013" yang dilansir Fraser Institute pada Februari 2013 lalu menunjukkan dari 96 wilayah (negara/wilayah negara bagian) yang disurvei, Indonesia berada di posisi paling akhir. Peringkat Indonesia terus anjlok sejak 2010 di posisi 62 dari 72 wilayah, 2011 peringkat 70 dari 79 wilayah, 2012 di peringkat 85 dari 93 wilayah.
Sedangkan pada 2013 Indonesia berada di peringkat paling buncit dengan skor Policy Potential Index (PPI) paling rendah, hanya 9,4 dari skala 100. PPI mengukur 17 faktor yang dapat mempengaruhi keputusan investasi sebuah perusahaan. Diantaranya adalah birokrasi, ketidakpastian hukum, gangguan keamanan, dan kebijakan lingkungan.
Indonesia berada di peringkat 10 bawah bersama Vietnam, Venezuela, Kongo, Kyrgyzstan, Zimbabwe, Bolivia, Guatemala, Filiphina dan Yunani. Kecuali Kongo, Yunani dan Zimbabwe, semuanya merupakan langganan peringkat 10 bawah.
Sedangkan di peringkat pertama adalah Finlandia dengan skor PPI paling tinggi, yaitu 95,5. Wilayah lainnya yang berada di peringkat 10 besar adalah Swedia, Alberta, New Brunswick, Wyoming, Irlandia, Nevada, Yukon, Utah dan Norwegia.
Survei disebar 4.100 orang level manajer ke atas yang bekerja di eksplorasi, pengembangan dan perusahaan tambang seluruh dunia. Survei dilakukan dari 9 Oktober 2012 hingga 6 Januari 2013 dengan jumlah responden 742 orang.
Perusahaan yang berpartisipasi dalam survei ini melaporkan akan menginvestasikan US$6,2 miliar untuk ekspolrasi tambang. Dahalm anggaran eksplorasi 2013, hanya 46 responden yang menyatakan akan meningkatkan investasi.
Laporan tersebut juga mencatat perusahaan-perusahaan tambang pesimis harga komoditas akan membaik dalam jangka pendek.Â
"Kurangi birokrasi, meminimalisirkan risiko yang berkaitan dengan kebijakan dan hormati kontrak. Itulah cara anda merayu investor sektor pertambangan," kata Fraser Institute senior director of energy and natural resources and director of the survey, Kenneth Green seperti dilansir laman Mining, Senin 4 Maret 2013.
Sedangkan pada 2013 Indonesia berada di peringkat paling buncit dengan skor Policy Potential Index (PPI) paling rendah, hanya 9,4 dari skala 100. PPI mengukur 17 faktor yang dapat mempengaruhi keputusan investasi sebuah perusahaan. Diantaranya adalah birokrasi, ketidakpastian hukum, gangguan keamanan, dan kebijakan lingkungan.
Indonesia berada di peringkat 10 bawah bersama Vietnam, Venezuela, Kongo, Kyrgyzstan, Zimbabwe, Bolivia, Guatemala, Filiphina dan Yunani. Kecuali Kongo, Yunani dan Zimbabwe, semuanya merupakan langganan peringkat 10 bawah.
Sedangkan di peringkat pertama adalah Finlandia dengan skor PPI paling tinggi, yaitu 95,5. Wilayah lainnya yang berada di peringkat 10 besar adalah Swedia, Alberta, New Brunswick, Wyoming, Irlandia, Nevada, Yukon, Utah dan Norwegia.
Survei disebar 4.100 orang level manajer ke atas yang bekerja di eksplorasi, pengembangan dan perusahaan tambang seluruh dunia. Survei dilakukan dari 9 Oktober 2012 hingga 6 Januari 2013 dengan jumlah responden 742 orang.
Perusahaan yang berpartisipasi dalam survei ini melaporkan akan menginvestasikan US$6,2 miliar untuk ekspolrasi tambang. Dahalm anggaran eksplorasi 2013, hanya 46 responden yang menyatakan akan meningkatkan investasi.
Laporan tersebut juga mencatat perusahaan-perusahaan tambang pesimis harga komoditas akan membaik dalam jangka pendek.Â
"Kurangi birokrasi, meminimalisirkan risiko yang berkaitan dengan kebijakan dan hormati kontrak. Itulah cara anda merayu investor sektor pertambangan," kata Fraser Institute senior director of energy and natural resources and director of the survey, Kenneth Green seperti dilansir laman Mining, Senin 4 Maret 2013.
Bersama Ducati, Marc Marquez Merasa Punya 2 Peluru untuk Jadi Juara Dunia
Kepercayaan diri Marc Marquez makin meningkat usai bergabung dengan tim pabrikan Ducati di MotoGP 2025.
VIVA.co.id
10 Januari 2025