Kadin Dukung Percepatan Implementasi Biodiversity Credit, Ini Manfaatnya
Jakarta, VIVA – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia terus menunjukkan keseriusannya melirik potensi bisnis berbasis lingkungan. Lewat skema biodiversity credit, dunia usaha diajak ikut andil dalam menjaga keanekaragaman hayati sekaligus mendongkrak ekonomi nasional.
Inisiatif ini dinilai sebagai langkah konkret menuju ekonomi hijau. Wakil Ketua Umum III Kadin Indonesia, Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, pentingnya pelaku usaha merancang model bisnis yang ramah lingkungan.
“Kami sangat meyakini skema bisnis kehutanan regeneratif ini mampu memberikan kontribusi lebih baik pada target pertumbuhan ekonomi yang telah menjadi komitmen pemerintah saat ini,” ujarnya dalam Roundtable Dialogue terkait Biodiversity Credit di Menteng, Jakarta, Senin, 14 April 2025.
Dia menjelaskan, Kadin sejak 2022 telah menggagas Regenerative Forest & Tree-Based Business Hub (RFTBH) untuk mendukung transformasi bisnis kehutanan. “Kami bersyukur bahwa inisiatif ini sejalan dengan kebijakan pemerintah, khususnya dalam transformasi bisnis kehutanan dari model timber-based menuju multiusaha kehutanan (MUK),” kata dia.
Dalam forum tersebut, mekanisme tentang biodiversity credit menjadi topik utama. Skema ini memungkinkan perusahaan memperoleh kompensasi finansial saat berkontribusi pada pelestarian keanekaragaman hayati.
“Dalam workshop hari ini, kita akan mendalami peluang dari mekanisme bisnis baru bernama biodiversity credit, yang sejalan dengan konsep regenerative business,” kata Shinta.
Tak hanya itu, Kadin juga menargetkan skema ini bisa membawa manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat. "Kami sangat optimis bahwa ekosistem hutan tropis Indonesia memiliki potensi besar untuk menjawab tantangan ekonomi sosial dan melalui mekanisme bisnis baru. Oleh karena itu kami berharap agar dialog hari ini dapat menjadi langkah yang konkrit dalam mendorong inovasi, kolaborasi, serta percepatan implementasi biodiversity credit Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, dalam acara yang sama, Direktur Lingkungan Hidup Bappenas, Priyanto Rohmatulloh, membeberkan besarnya nilai ekonomi keanekaragaman hayati Indonesia.
“Keanekaragaman hayati Indonesia memiliki potensi sumber daya yang besar, baik dari sisi pemanfaatan langsung maupun dari jasa ekosistem. Pada 2022, nilai ekonomi dari pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar diperkirakan mencapai Rp 11 triliun, sedangkan nilai produksi komoditas TCT (tuna, cakalang, tongkol) mencapai Rp 39 triliun,” ungkapnya.
Lebih lanjut, potensi sumber daya genetik Indonesia bahkan mencapai ratusan triliun rupiah. “Potensi sumber daya genetik Indonesia diperkirakan mencapai Rp319 triliun, angka ini masih terus perlu kita verifikasi, karena valuasi keseluruhan belum sepenuhnya dihitung,” kata Priyanto.
Dia juga menambahkan bahwa arah pengelolaan keanekaragaman hayati kini sudah mulai terpetakan dengan jelas. “Untuk menjamin pengelolaan yang selaras dengan RPJPN 2025–2045, pemerintah telah menerbitkan Indonesia Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) 2035–2045, yang disahkan pada 8 Agustus 2024,” ujarnya.