Harga Bitcoin Stabil dan Cenderung Naik, Inikah Momen yang Tepat Buat Beli Kripto?

Bitcoin dan aset kripto.
Sumber :
  • CFO.com

Jakarta, VIVA – Dalam beberapa tahun terakhir, Bitcoin menunjukkan ketahanannya sebagai aset digital, meskipun sempat mengalami fluktuasi harga yang tajam. Seiring berjalannya waktu, investor ritel dan institusional mulai melihat mata uang kripto ini sebagai alternatif investasi yang semakin menarik. 

Harga Bitcoin Anjlok 4 Persen, Ada Apa?

Apalagi, saat ini ada regulasi yang semakin jelas dan penerimaan dari berbagai lembaga keuangan global, yang membuat Bitcoin dianggap memiliki potensi sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakstabilan ekonomi. Namun, apakah saat ini adalah waktu terbaik untuk berinvestasi?

Pertanyaan ini terjawab dalam memo investor terbaru yang berjudul 'The Great Derisking of Bitcoin'. Di sana, Bitwise Asset Management memberikan pandangan optimistis terhadap masa depan Bitcoin. 

Momentum Emas untuk Industri Kripto

"Sekarang adalah waktu terbaik dalam sejarah untuk membeli Bitcoin, berdasarkan risiko yang telah disesuaikan," kata Chief Investment Officer (CIO) Bitwise, Matt Hougan, dalam laporannya, seperti dikutip dari Trading View, Kamis, 27 Maret 2025.

Hougan mengenang, pertama kali dia mengenal Bitcoin pada Februari 2011 saat bekerja di ETF.com. Saat itu, seorang analis muda dalam timnya mengungkapkan bahwa Bitcoin baru saja mencapai harga USD 1, sebuah pencapaian besar pada saat itu. 

Analis Ini Percaya Harga Bitcoin Bisa Tembus Rp4 Miliar, Mungkinkah?

"Jika saya menginvestasikan USD 1.000 saat itu, nilainya sekarang akan menjadi USS88 juta (setara Rp1,46 triliun)," ungkap Hougan. 

Namun, dia menegaskan bahwa pada saat itu, membeli Bitcoin adalah tindakan berisiko tinggi, mengingat belum adanya regulasi, keamanan penyimpanan, dan kepastian teknologi. Tetapi, sejak saat itu, Bitcoin telah berhasil melewati berbagai risiko besar, termasuk tantangan regulasi, teknologi, dan keamanan. 

Kemunculan platform seperti Coinbase pada 2011, memudahkan investor ritel dan institusional untuk berinvestasi dengan lebih aman. Seiring waktu, penyedia layanan kustodian seperti Fidelity juga mulai masuk ke pasar kripto, meningkatkan kepercayaan investor terhadap penyimpanan aset digital.

Tak sampai di situ, ketakutan akan regulasi yang menekan industri kripto juga mulai mereda. Peluncuran ETF Bitcoin berbasis spot di AS pada 2024, menjadi tonggak penting yang menghilangkan salah satu hambatan terbesar bagi adopsi institusional. 

Bitcoin dan aset kripto.

Photo :
  • Pioneering Minds

Hougan menekankan bahwa penerimaan Bitcoin di pasar keuangan tradisional telah memudahkan institusi besar untuk memasukkan aset ini ke dalam portofolio mereka tanpa harus khawatir dengan regulasi yang tidak jelas. "Yang luar biasa dari Bitcoin adalah, bahwa secara perlahan tapi pasti, itu telah mengatasi setiap risiko eksistensial yang pernah ada," tulis Hougan.

Salah satu pertanyaan besar yang masih membayangi Bitcoin adalah, bagaimana jika pemerintah besar seperti AS memutuskan untuk melarang atau membatasi penggunaannya? Hougan mengacu pada sejarah, yakni keputusan pemerintah AS pada 1933 yang menyita kepemilikan emas pribadi untuk memperkuat cadangan negara. 

Kekhawatiran ini juga berlaku bagi Bitcoin. Namun, ketidakpastian ini tampaknya telah teratasi awal bulan ini, di mana Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang menetapkan US Strategic Bitcoin Reserve. Ini merupakan sebuah langkah, yang menurut Hougan, menandakan bahwa pemerintah AS kini secara resmi mengakui Bitcoin sebagai bagian dari strategi keuangan nasionalnya. 

"Dan seketika itu juga, risiko eksistensial terakhir Bitcoin menghilang di depan mata saya," kata Hougan.

Meski begitu, beberapa pihak masih mempertanyakan keputusan ini, mengingat Bitcoin sering disebut sebagai ancaman terhadap status dolar AS sebagai mata uang cadangan global. Tapi, Hougan berpendapat bahwa AS melihat Bitcoin sebagai aset lindung nilai, bukan ancaman langsung terhadap dominasinya. 

"Skenario terbaik adalah dolar tetap menjadi mata uang cadangan dunia. Namun, jika ada risiko dolar kehilangan dominasinya, Bitcoin adalah alternatif yang lebih dapat dikendalikan dibandingkan mata uang asing seperti yuan Tiongkok," jelas dia.

Dari sisi investor institusional, Bitwise mencatat adanya perubahan signifikan dalam strategi alokasi aset terhadap kripto. Jika dua tahun lalu investasi sebesar 1 pereen dalam Bitcoin sudah dianggap agresif, kini angka itu mulai mendekati 3 persen, mencerminkan meningkatnya kepercayaan terhadap aset ini. Hougan memprediksi bahwa angka tersebut akan terus bertambah. 

"Seiring semakin banyak orang menyadari bahwa Bitcoin telah mengalami penurunan risiko yang signifikan, saya yakin alokasi ini bisa mencapai 5 persen atau lebih," ujarnya.

Saat berita ini ditulis, harga Bitcoin berada di level USS87.511 atau sekitar Rp1,45 miliar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya