Analis Ini Percaya Harga Bitcoin Bisa Tembus Rp4 Miliar, Mungkinkah?
- Pioneering Minds
Jakarta, VIVA – Kabar gembira untuk para investor kripto. Setelah sempat menunjukkan volatilitas tajam di tengah gejolak ekonomi global, kini harga Bitcoin kini kembali menuai harapan.
Bahkan, salah satu analis kripto ternama sekaligus mantan CEO bursa kripto BitMEX Arthur Hayes, mengungkapkan keyakinannya bahwa Bitcoin bisa mencapai level fantastis setara Rp4 miliar per koin. Namun, mungkinkah itu benar terjadi di tengah kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian?
Pada awal tahun, tepatnya 27 Januari 2025, Hayes sempat memprediksi Bitcoin akan jatuh ke kisaran USD70.000–USD75.000 atau sekitar Rp1,16 miliar hingga Rp1,24 miliar. “Awal minggu yang buruk. Jika kita masuk ke range itu, akan terasa sangat kejam,” tulis Hayes kala itu, seperti dikutip dari Coinfomania, Rabu, 26 Maret 2025.
Bitcoin, Etherium, dan aset kripto.
- The Independent
Namun, dia juga menyebutkan bahwa setelah fase koreksi itu, Bitcoin berpotensi melonjak drastis hingga USD250.000 atau sekitar Rp4,14 miliar (kurs Rp16.580), terutama jika terjadi krisis keuangan besar. Kini, Hayes memperbarui ramalannya melalui unggahan di platform X.
Dalam posting terbarunya, dia memprediksi harga Bitcoin akan segera melesat ke USD110.000 atau setara Rp1,82 miliar. Meski dia mengakui kemungkinan adanya retest pada level support USD76.500 atau Rp1,26 miliar, pandangannya tetap optimis.
“Semua indikator fundamental menunjukkan bahwa BTC akan segera naik. Target jangka panjang saya tetap USD250.000,” tulis Hayes.
Bitcoin.
- Unsplash
Faktor utama yang mendasari optimisme Hayes adalah potensi perubahan kebijakan Federal Reserve dari pengetatan (tightening) menuju pelonggaran (easing). Adanya pelonggaran tersebut, bank sentral AS diperkirakan akan mengalirkan lebih banyak modal ke pasar lewat pembelian obligasi. Artinya, likuiditas pasar meningkat dan aset berisiko seperti Bitcoin bisa ikut terdongkrak.
Selain itu, Hayes juga menyebutkan bahwa isu tarif perdagangan AS yang sempat menekan pasar hanyalah hambatan jangka pendek. Bahkan, pada akhir pekan lalu, Bitcoin sudah menunjukkan reaksi positif saat muncul kabar bahwa Donald Trump akan melonggarkan kebijakan tarifnya. Harga BTC pun melonjak dari sekitar USD86.000 atau setara p1,42 miliar menjadi USD88.713 atau setara Rp1,47 miliar.
Masih ada faktor inflasi yang bisa menjadi katalis lain. Menurut Hayes, pelemahan nilai dolar AS justru bisa mendorong permintaan Bitcoin sebagai aset lindung nilai (hedge). Mengingat Bitcoin hanya menyisakan sekitar 2,16 juta BTC yang dapat ditambang, kelangkaan ini diperkirakan akan mempercepat lonjakan harga di tengah tekanan inflasi.
Terakhir, laporan CryptoQuant turut memperkuat pandangan bullish ini. Data menunjukkan nilai open interest atau kontrak derivatif aktif, Bitcoin sudah mencapai USD32 miliar atau Rp530 triliun. Lonjakan ini mengindikasikan bahwa investor banyak menggunakan dana pinjaman (leverage) untuk bertaruh pada kenaikan harga Bitcoin. Namun, seperti diingatkan CryptoQuant, penggunaan leverage yang tinggi juga dapat memperbesar risiko kerugian jika harga justru terkoreksi tajam.