Wamenkeu Sebut Ekspor Indonesia Berpotensi Terdampak Perang Tarif Trump
- VIVA.co.id/Anisa Aulia
Jakarta, VIVA – Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Suahasil Nazara menyebut Indonesia berpotensi terkena dampak dari perang tarif impor Trump. Ekspor Indonesia disebut akan anjlok akibat situasi tersebut.
Suahasil mengatakan, saat ini beberapa negara besar seperti Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Eropa sedang saling serang tarif. Sebab Amerika menaikkan tarif untuk produk-produk dari Kanada, dan Kanada membalas dengan hal serupa. Begitu pula dengan Eropa.
"Kalau perang tarif artinya yang terjadi adalah negara-negara di dunia itu saling membatasi perdagangan dan efeknya adalah kepada proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang tidak baik," ujar Suahasil dalam Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Kamis, 20 Maret 2025.
Ekspor-Impor
- VIVA/M Ali Wafa
Suahasil menilai, dengan situasi global itu maka akan mempengaruhi ekonomi dunia, sebab pertumbuhan ekonomi negara maju akan mengalami pelemahan. Sehingga, hal ini akan membuat ekspor Indonesia melemah.
"Karena pendapatan di negara maju agak-agak berkurang, maka ekspor dari Indonesia juga berkurang, minta barang untuk kita supply dari Indonesia juga berkurang. Ini tantangan kita," jelasnya.
Selain itu, aliran modal masuk ke Indonesia jelas Suahasil, akan berkurang. Sebab dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi negara-negara tersebut akan membuat investor menarik investasinya di dalam negeri.
"Begitu juga aliran modal masuk ke Indonesia juga akan berkurang, karena di negara asalnya pertumbuhan ekonominya mungkin tidak terlalu baik, lalu kemudian membatasi diri untuk investasi ke berbagai macam negara di dunia," katanya.
Menurut Suahasil, hal itu sudah terlihat dari melemahnya pasar saham Indonesia pada Selasa, 18 Maret 2025. Tercatat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 6 persen, dan perdagangan sempat dibekukan sementara oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Dua hari yang lalu kita melihat pasar saham kita kena imbas. Tapi kita bersyukur bahwa kalau kita bandingkan antara pasar saham dengan pasar surat berharga negara, pasar surat berharga negaranya masih kuat," imbuhnya.