5 Barang yang Dibeli Kelas Menengah untuk Pamer, Padahal Orang Kaya Nggak Peduli
- Freepik/rawpixel.com
Jakarta, VIVA – Banyak orang menganggap bahwa memiliki barang mewah adalah tanda kesuksesan. Tak jarang, mereka rela mengeluarkan banyak uang demi terlihat kaya di mata orang lain. Namun, tahukah kamu bahwa sebagian besar orang kaya justru tidak terlalu peduli dengan barang-barang tersebut?
Mereka lebih fokus pada investasi dan kebebasan finansial dibandingkan sekadar menunjukkan status sosial. Melansir dari Small Biz Technology, berikut lima barang yang sering dibeli kelas menengah untuk pamer, tetapi tidak menarik perhatian orang kaya.
Ilustrasi wanita gila belanja.
- Pixabay/pexels
1. Jam Tangan Mewah
Banyak orang berpikir bahwa memiliki jam tangan mahal seperti Rolex atau Patek Philippe adalah tanda kemapanan. Namun, fakta menunjukkan bahwa sebagian besar orang kaya tidak terlalu peduli dengan merek jam tangan.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa banyak orang kaya justru mengenakan jam tangan biasa yang harganya jauh lebih terjangkau. Bagi mereka, fungsi utama jam tangan adalah untuk melihat waktu, bukan sebagai alat pamer. Sementara itu, kelas menengah sering kali berusaha keras membeli jam tangan mewah, meskipun harus berutang atau mencicilnya.
2. Pakaian Branded
Pakaian dengan merek terkenal sering dianggap sebagai simbol status. Namun, miliarder seperti Mark Zuckerberg dan Steve Jobs justru terkenal dengan gaya berpakaian sederhana. Mereka lebih memilih kenyamanan dan efisiensi dibandingkan menghamburkan uang untuk baju dengan harga selangit.
Sebaliknya, banyak orang kelas menengah rela menghabiskan gaji mereka untuk membeli pakaian dari merek ternama, meskipun kualitasnya tidak jauh berbeda dengan pakaian biasa. Ini dilakukan semata-mata untuk terlihat kaya, padahal uang tersebut bisa dialokasikan untuk hal yang lebih bermanfaat.
3. Mobil Mewah Baru
Mobil mewah memang tampak mengesankan, tetapi apakah benar-benar diperlukan? Studi menunjukkan bahwa kebanyakan orang kaya justru memilih mobil biasa yang hemat bahan bakar dan perawatannya mudah. Mereka lebih mementingkan fungsi dibandingkan gengsi.
Sebaliknya, banyak orang kelas menengah yang rela mengambil kredit panjang demi memiliki mobil mewah. Padahal, nilai mobil akan terus menurun seiring waktu. Orang kaya lebih memilih menggunakan uang mereka untuk investasi yang bisa menghasilkan keuntungan di masa depan.
Ilustrasi belanja.
- Pexels/freestocks.org
4. Rumah Besar dengan Cicilan Mahal
Banyak yang berpikir bahwa semakin besar rumah, semakin sukses seseorang. Namun, orang kaya memahami bahwa memiliki rumah besar berarti biaya perawatan yang tinggi dan pajak yang mahal.
Contohnya, Warren Buffett, salah satu orang terkaya di dunia, masih tinggal di rumah sederhana yang ia beli puluhan tahun lalu. Sementara itu, banyak orang kelas menengah justru mengambil cicilan besar untuk rumah yang sebenarnya berada di luar kemampuan finansial mereka, hanya demi terlihat sukses.
5. Pesta Pernikahan Mewah
Pernikahan adalah momen istimewa, tetapi apakah harus menghabiskan ratusan juta rupiah untuk satu hari? Banyak miliuner mengadakan pernikahan sederhana dengan hanya mengundang keluarga dan teman dekat. Mereka menyadari bahwa pernikahan bukan tentang kemewahan, melainkan tentang membangun masa depan bersama pasangan.
Namun, banyak orang kelas menengah yang rela berutang demi mengadakan pesta pernikahan mewah. Mereka berpikir bahwa semakin mahal pesta, semakin bahagia pernikahan mereka. Padahal, setelah pesta selesai, mereka masih harus menghadapi kenyataan finansial yang bisa menjadi beban di masa depan.
Barang-barang mewah memang bisa membuat seseorang terlihat kaya, tetapi apakah itu benar-benar mencerminkan kekayaan sejati? Orang kaya tidak merasa perlu membuktikan apa pun kepada orang lain. Mereka lebih memilih hidup sederhana, berinvestasi, dan membangun kekayaan secara bertahap.
Sementara itu, banyak orang kelas menengah yang terjebak dalam pola pikir konsumtif, menghabiskan uang untuk barang-barang yang tidak benar-benar mereka butuhkan. Jika ingin mencapai kebebasan finansial, lebih baik fokus pada hal-hal yang memberikan nilai jangka panjang daripada sekadar pamer. Pada akhirnya, menjadi kaya bukan tentang terlihat kaya, tetapi tentang bagaimana mengelola uang dengan bijak.
