Perusahaan Ini Berdiri Sejak Nabi Muhammad Berusia 7 Tahun dan Tetap Eksis hingga Sekarang
- Istimewa
Jakarta, VIVA – Kongo Gumi adalah perusahaan tertua di dunia yang masih bertahan hingga saat ini. Berdiri sejak tahun 578 Masehi di Jepang, perusahaan ini telah melewati berbagai peristiwa sejarah dunia, termasuk era Nabi Muhammad SAW.
Dilansir dari berbagai sumber, Selasa, 11 Maret 2025, Kongo Gumi didirikan oleh seorang pengrajin asal Korea bernama Shigemitsu. Ia diundang ke Jepang untuk membangun kuil Buddha pertama di negara tersebut, yakni Shitenno-ji.
Melihat adanya peluang bisnis di sektor konstruksi kuil, Shigemitsu kemudian mendirikan Kongo Gumi sebagai perusahaan spesialis pembangunan kuil Buddha.Sejak saat itu, Kongo Gumi terus berkembang dengan membangun berbagai kuil besar, termasuk kompleks kuil di Horyu-ji (607 M) dan Koyasan (816 M), serta Istana Osaka (1583 M).
Mengutip laman Kementerian Agama, Maulid atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW jatuh pada hari Senin, bulan Rabiul Awwal, tahun 571 Masehi.
Berdasarkan informasi tersebut, maka usia Nabi Muhammad ketika Kongo Gumi didirikan masih berkisar tujuh atau delapan tahun.
Menariknya, bisnis Kongo Gumi bertahan hingga Nabi Muhammad menerima wahyu sebagai Rasul, hijrah dari Mekah ke Madinah sampai Islam tersebar ke berbagai penjuru dunia.
Selama lebih dari 1.400 tahun, Kongo Gumi telah menghadapi berbagai tantangan, mulai dari pergolakan politik, perang dunia, hingga perubahan ekonomi dan sosial. Periode Heian (794-1185) membawa konflik politik yang berpengaruh pada stabilitas bisnis konstruksi, sementara periode Kamakura (1185-1333) menuntut perusahaan untuk menyesuaikan layanan mereka sesuai dengan perkembangan sosial, termasuk meningkatnya peran kelas samurai di Jepang.
Bencana alam seperti gempa bumi dan kebakaran juga menjadi ancaman besar bagi Kongo Gumi. Perusahaan harus terus berinovasi dengan mengembangkan teknik konstruksi yang lebih tahan terhadap bencana.
Selama periode Meiji (1868-1912), ketika Jepang mengalami modernisasi dan westernisasi besar-besaran, Kongo Gumi mulai mengadopsi teknologi baru dengan menggunakan material konstruksi modern seperti batu bata, ubin, dan rangka baja, namun tetap mempertahankan teknik pertukangan tradisionalnya.
Selama lebih dari 37 generasi, Kongo Gumi dikelola oleh keluarga Kongo secara turun-temurun. Namun, kepemimpinan perusahaan juga mengalami berbagai tantangan. Salah satu ujian terbesar terjadi ketika pemimpin ke-37, Haruichi Kongo, melakukan ritual bunuh diri akibat kesulitan ekonomi yang dialami perusahaan.
Bahkan, karena tidak adanya penerus laki-laki yang cocok, seorang wanita bernama Yoshie Kongo mengambil alih kepemimpinan pada tahun 1934. Ia menjadi wanita pertama dan satu-satunya wanita yang memimpin Kongo Gumi.
Di bawah kepemimpinannya, perusahaan berhasil bertahan dengan cara berinovasi, termasuk beralih ke produksi peti mati kayu saat Perang Dunia berlangsung. Ia juga memperbaiki manajemen perusahaan dengan memisahkan posisi pertukangan dari posisi manajerial.
Krisis dan Akuisisi oleh Takamatsu Construction Group
Pada tahun 1955, Kongo Gumi melakukan penawaran saham perdana (IPO) dan menjadi perusahaan terbuka. Namun, di era ekonomi gelembung Jepang pada 1990-an, perusahaan melakukan investasi besar-besaran di sektor properti dengan pembiayaan berbasis utang. Ketika gelembung ekonomi pecah, harga properti jatuh drastis, menyebabkan Kongo Gumi mengalami krisis keuangan yang serius.
Akhirnya, pada tahun 2006, Kongo Gumi mengalami likuidasi dan diakuisisi oleh Takamatsu Construction Group. Meskipun tidak lagi berdiri sebagai perusahaan independen, Kongo Gumi tetap mempertahankan keahliannya dalam arsitektur tradisional Jepang dan masih beroperasi hingga saat ini.