Bisnis Sampoerna Bertahan Lebih dari Seabad, Presdir Blak-blakan Ungkap Rahasia Perusahaan
- Dokumentasi Sampoerna.
Jakarta, VIVA – Presiden Direktur PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna), Ivan Cahyadi, blak-blakan mengungkap rahasia atau strategi perusahaan yang telah mampu berdiri lebih dari satu abad dalam mempertahankan relevansi dan daya saingnya. Hal tersebut disampaikannya alam forum Asia Business Conference 2025 di Harvard Business School.
Di acara tersebut, Ivan menegaskan bahwa keberhasilan Sampoerna tidak lepas dari kolaborasi global dan prinsip bisnis yang kuat, termasuk Falsafah Tiga Tangan yang menjadi panduan perusahaan sejak 1913.
Sebagaimana diketahui, Sampoerna, yang awalnya merupakan usaha kecil menengah di Surabaya, kini telah menjadi bagian dari Philip Morris International (PMI) sejak 2005. Mengadopsi standar global sambil mempertahankan nilai-nilai bisnis lokal, membuat perusahaan terus berkembang dan memberikan kontribusi terhadap ekosistem bisnis Indonesia.
"Saya sangat bangga Sampoerna dapat terus mengembangkan sumber daya manusia (SDM) unggul sehingga dapat berkontribusi terhadap kemajuan individu, organisasi, dan negara," ujar Ivan, seperti dikutip dari keterangannya, Senin, 10 Maret 2025.
Jajaran Direksi PT HM Sampoerna, dalam paparan publik, Senin, 29 Juli 2024
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Sebagai salah satu perusahaan tembakau terbesar di Indonesia, Sampoerna memiliki ekosistem bisnis yang luas, mulai dari 22.000 petani tembakau dan cengkih lokal, 1.700 pemasok lokal, hingga lebih dari 90.000 tenaga kerja yang terlibat langsung, maupun tidak langsung dalam proses produksi.
Selain itu, Sampoerna bermitra dengan lebih dari 1,5 juta peritel yang tersebar di seluruh Indonesia. Untuk mendukung keberlanjutan bisnis, perusahaan juga melakukan investasi besar sejak menjadi bagian dari PMI.
"Ekosistem kuat ini didukung oleh investasi PMI yang bernilai lebih dari USD6,4 miliar sejak 2005," ungkap Ivan.
Dalam hal ekspor, Sampoerna telah memperluas pasarnya ke lebih dari 30 negara di Asia Pasifik, termasuk untuk produk inovatif bebas asap seperti IQOS/TEREA.
Lalu, sebagai bagian dari upaya mendukung ekonomi nasional, Sampoerna juga aktif dalam pemberdayaan UMKM melalui program Sampoerna untuk Indonesia. Perusahaan juga mengembangkan Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) yang sejak 2007 telah melatih 97.000 pelaku UMKM di berbagai sektor.
Selain itu, program Sampoerna Retail Community (SRC) yang hadir sejak 2008 telah membina lebih dari 250.000 toko kelontong di Indonesia. Para anggota SRC mendapatkan manfaat dari edukasi, pengelolaan keuangan, hingga digitalisasi melalui platform AYO by SRC.
Sekitar 90 persen anggota SRC telah berhasil mengadopsi digitalisasi yang pada akhirnya meningkatkan operasional mereka. Dampak dari ekosistem ini cukup signifikan bagi perekonomian nasional. Berdasarkan riset Kompas Gramedia Media tahun 2023, SRC telah menyumbang USD14,5 miliar per tahun, atau 11,4 persen dari PDB ritel nasional tahun 2022.