RI Alami Deflasi Tahunan Pertama dalam 25 Tahun Terakhir, Diskon Tarif Listrik Penyebabnya
- VIVA/Diki Hidayat
Jakarta, VIVA – Indonesia pada Februari 2025 mengalami deflasi sebesar 0,48 persen secara month to month (mtm), dan 0,09 persen secara tahunan (year on year/yoy). Penyumbang deflasi pada Februari 2025 ini disumbang oleh diskon tarif listrik sebesar 0,67 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik, Amalia Adininggar mengatakan berdasarkan catatan BPS Indonesia mengalami deflasi tahunan terakhir pada Maret 2000. Artinya, deflasi tahunan ini baru terjadi setelah 25 tahun.
"Terakhir menurut catatan BPS, deflasi yoy pernah terjadi pada bulan Maret 2000, di mana pada saat itu deflasi sebesar 1,10 persen. Deflasi itu didominasi oleh kelompok bahan makanan," ujar Amalia dalam konferensi pers, Senin, 3 Maret 2025.
Kepala Badan Pusat Statistik, Amalia Adininggar
- VIVA.co.id/Anisa Aulia
Amalia menegaskan, deflasi yang terjadi pada Februari 2025 ini mayoritas disumbang oleh diskon tarif listrik, yang mana itu masuk ke dalam komponen harga diatur pemerintah. Adapun berdasarkan komponennya, pada Februari 2025 komponen inti mencatatkan inflasi sebesar 2,48 persen yoy, meningkat dari periode sama tahun lalu sebesar 1,69 persen yoy.
"Komponen inti ini memberikan andil inflasi terbesar dengan andil inflasi sebesar 1,58 persen, kemudian yang memberikan andil terhadap deflasi year on year karena adanya harga yang diatur pemerintah, terutama karena adanya diskon listrik yang 50 persen itu masih berlangsung sampai dengan Februari," katanya.
Untuk komponen harga diatur pemerintah mengalami deflasi tahunan sebesar 9,02 persen yoy, dengan andil deflasi sebesar 1,77 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi adalah tarif listrik dan bensin.
Lalu, komponen harga bergejolak mengalami inflasi sebesar 0,56 persen yoy. Dalam hal ini komoditas yang memberikan andil inflasi kelompok ini adalah cabai rawit, bawang putih, kangkung, dan bawang merah.
