Harga Bitcoin Turun Tajam, saatnya Beli Atau Jual? Ini Penjelasan Analis
- Dok. Istimewa
Jakarta, VIVA – Harga Bitcoin kembali mengalami penurunan signifikan dalam beberapa hari terakhir. Mata uang kripto terbesar di dunia ini, sempat mencetak rekor harga tertinggi pada Januari 2025, namun kini memasuki fase bear market.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran bagi investor yang sebelumnya optimis dengan tren bullish Bitcoin. Tidak hanya Bitcoin, altcoin juga ikut mengalami tekanan hebat.
Sentimen pasar yang menghindari risiko, peretasan bursa kripto, dan kebijakan yang tidak sesuai harapan, membuat pasar kripto melemah. Alhasil, banyak investor menarik dananya dari aset digital ini, sehingga mendorong penurunan harga lebih dalam.
Mengutip dari Business Insider, Jumat, 28 Februari 2025, Bitcoin kini berada dalam fase bear market setelah turun hingga 23% dari puncaknya pada Januari. Para investor ETF Bitcoin, menarik lebih dari USD1 miliar atau setara Rp16 triliun pada Selasa, 25 Februari 2025, yang mencerminkan penurunan kepercayaan terhadap kripto.
Selain itu, altcoin juga ikut terpukul akibat sentimen negatif di pasar dan peretasan bursa kripto baru-baru ini. Penurunan besar-besaran ini membuat harga Bitcoin anjlok hingga 23,4% dari rekor sebelumnya di USD109.350 atau setara Rp1,75 miliar.
Pada Rabu siang, Bitcoin sempat turun ke titik terendah di USD83.740 atau sekitar Rp1,34 miliar. Secara teknis, penurunan lebih dari 20% dari puncak terbaru menandakan bahwa Bitcoin telah memasuki bear market, yang merupakan perubahan besar bagi aset digital yang sebulan lalu masih mencetak rekor dan mengalami lonjakan harga yang pesat.
“Kerugian seperti ini jarang berakhir dengan baik, dan saya masih berpikir bahwa aksi jual besar-besaran belum terjadi,” kata Geoff Kendrick, Kepala Riset Aset Digital di Standard Chartered, seperti dikutip pada Kamis, 27 Februari 2025.
Bitcoin dan aset kripto.
- Pioneering Minds
Dia juga memperingatkan bahwa harga Bitcoin bisa turun hingga USD80.000 atau sekitar Rp1,28 miliar. Beberapa analis lain bahkan memperkirakan harga Bitcoin bisa turun lebih dalam hingga USD71.000 atau setara Rp1,13 miliar.
Faktornya beragam, mulai dari Bitcoin yang mulai kehilangan momentumnya setelah investor kecewa dengan kebijakan awal pemerintahan Donald Trump. Seperti yang diketahui, saat kampanye, Trump berjanji mendukung kripto, tetapi langkah awalnya justru mengecewakan para trader yang berharap ada kebijakan agresif untuk mendongkrak sektor ini.
Salah satu langkah awal Trump di dunia kripto adalah menciptakan meme coin. Namun, fluktuasi harga yang ekstrem membuat beberapa investor kehilangan jutaan dolar. Sejumlah pihak dalam industri kripto menyayangkan langkah ini, karena dianggap memperburuk tren spekulasi di pasar meme coin, yang semakin merusak kepercayaan investor.
Bahkan, beberapa selebritas dan Presiden Argentina, Javier Milei, dikritik karena mempromosikan token-token volatil tersebut. Selain kebijakan yang mengecewakan, peretasan bursa kripto Bybit juga memperburuk keadaan.
Peretasan yang terjadi pekan lalu itu menyebabkan kerugian hampir USD1,5 miliar atau setara Rp24 triliun, yang semakin menekan harga Bitcoin dan altcoin. Menurut Matt Mena, analis riset di 21Shares, kebanyakan altcoin telah kehilangan keuntungan yang sebelumnya didorong oleh optimisme terhadap kebijakan Trump.
“Total kapitalisasi pasar kripto (di luar BTC, ETH, dan stablecoin) sempat mencapai USD1 triliun atau sekitar Rp16 ribu triliun pada Desember, tetapi kini telah turun menjadi USD600 miliar (atau sekitar Rp9.600 triliun),” tulisnya.
Sementara itu, Alex Kuptsikevich, analis utama di FxPro, menilai bahwa koreksi harga ini sebenarnya merupakan fase yang diperlukan agar spekulan besar kembali masuk ke pasar. “Sekarang pertanyaannya, apakah investor memiliki keberanian untuk mulai membeli kembali aset kripto?” kata dia.
Meskipun harga Bitcoin saat ini mengalami penurunan yang cukup dalam, optimisme jangka panjang masih tetap tinggi. Mena menegaskan bahwa indikator on-chain masih menunjukkan bahwa Bitcoin masih berada dalam tahap awal hingga pertengahan siklus bull.
Dia juga menambahkan bahwa bullish market biasanya berakhir ketika tingkat leverage sudah terlalu tinggi dan dominasi Bitcoin melemah. Saat ini, dominasi Bitcoin justru naik ke 62%, karena altcoin mengalami kinerja yang lebih buruk.
Saat berita ini dibuat, harga Bitcoin berada di kisaran USD85.669 atau sekitar Rp1,3 miliar. Apakah Bitcoin akan terus turun, atau ini justru menjadi peluang untuk membeli di harga rendah?
