Menguak Fenomena Gen Z Suka Ghosting Perusahaan, Apa Penyebabnya?

Ilustrasi: Generasi Z memasuki dunia kerja
Sumber :
  • Freepik.com//@prostooleh

Jakarta, VIVA – Fenomena ghosting bukan lagi sekadar masalah dalam dunia percintaan. Kini, praktik menghilang tanpa kabar ini juga marak di dunia kerja. Ya, bila dulu perusahaan sering mengabaikan pelamar kerja tanpa memberikan kabar, kini giliran pencari kerja, terutama dari generasi Z, yang mulai melakukan hal serupa terhadap calon pemberi kerja. 

4 Cara Menikmati Spiritual Holiday Agar Perjalanan Lebaran Lebih Bermakna

Menurut laporan dari Number Barn, sekitar 41 persen pencari kerja dari generasi Z mengaku pernah ghosting calon perusahaan. Sebagai perbandingan, hanya 37 persen milenial yang melakukan hal serupa.

Generasi Z, yang saat ini berusia antara 13 hingga 28 tahun, semakin mendominasi dunia kerja. Pada tahun 2030, mereka akan menjadi bagian yang lebih besar dalam tenaga kerja global. 

Ngabuburead Kepustakaan Islam jadi Cara Kemenag Dorong Indeks Literasi Gen Z

Generasi ini dikenal membawa perubahan besar dalam dunia kerja, termasuk dalam hal keseimbangan kehidupan kerja dan tuntutan gaji yang lebih tinggi. Namun, tren ghosting yang mereka lakukan berpotensi menimbulkan dampak negatif. 

Ilustrasi Gen Z

Photo :
  • Freepik.com
Mengenal Tren Taskmasking di Kalangan Gen Z, Apa Dampaknya Bagi Dunia Kerja?

Survei dari Intelligent.com menemukan bahwa enam dari sepuluh perusahaan telah memecat lulusan perguruan tinggi yang mereka pekerjakan pada tahun 2024. Bahkan, satu dari tujuh perusahaan mempertimbangkan untuk tidak lagi merekrut lulusan baru tahun depan karena khawatir dengan sikap generasi Z di tempat kerja.

Selain generasi Z, praktik ghosting juga dilakukan oleh generasi lain, meskipun dalam persentase yang lebih kecil. Hasil survei menunjukkan, bahwa hanya 26 persen dari generasi X dan 22 persen dari baby boomers, yang pernah ghosting perusahaan. 

Secara keseluruhan, 35 persen responden mengaku pernah mengabaikan komunikasi dari calon perusahaan saat proses rekrutmen berlangsung. Fenomena ini juga tidak hanya terjadi di dunia kerja, di mana dalam konteks kencan, sebanyak 75 persen individu mengaku pernah mengalami ghosting saat berinteraksi dengan seseorang di aplikasi kencan. 

HR consultant Bryan Driscoll mengungkapkan bahwa generasi Z tidak serta-merta ghosting perusahaan tanpa alasan. "Perusahaan telah melakukan ghosting terhadap kandidat selama beberapa dekade. Ini hanya memberi mereka balasan atas perlakuan yang sama," ujar dia seperti dikutip dari Newsweek, Selasa, 25 Februari 2025.

Menurut dia, perusahaan sering memperlakukan pencari kerja dengan buruk, seperti mengulur waktu wawancara, memberikan tugas tanpa bayaran, atau mendadak menghilang tanpa memberikan kabar. Sekarang, generasi muda yang memiliki lebih banyak pilihan pekerjaan, tidak lagi mentoleransi perlakuan tersebut.

Sementara itu, Alex Beene, instruktur literasi keuangan di University of Tennessee at Martin, menyatakan bahwa generasi Z cenderung mencampurkan kehidupan pribadi dan profesional mereka, yang dapat menyebabkan kesulitan dalam proses perekrutan. Dia menjelaskan, jika mereka merasa posisi yang ditawarkan tidak sesuai dengan keterampilan atau gaji yang diharapkan, mereka lebih memilih untuk tidak merespons lagi, mirip dengan cara mereka mengakhiri hubungan pribadi. 

Namun, Beene mengingatkan bahwa pendekatan ini bisa menutup peluang kerja di masa depan. Fenomena ghosting perusahaan oleh generasi Z bukanlah sesuatu yang terjadi tanpa sebab. Ini merupakan reaksi terhadap perlakuan yang selama ini dilakukan dari perusahaan. 

"Penting bagi generasi muda untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang dari tindakan ini. Membangun reputasi profesional yang baik tetap menjadi kunci dalam mencapai kesuksesan di dunia kerja," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya