Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Dibayang-bayangi Efisiensi Anggaran, Ini Kata Ahli

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

Jakarta, VIVA – Target pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 8 persen, masih menjadi perbincangan, apalagi di tengah situasi ekonomi Tanah Air saat ini. Termasuk, dengan adanya efisiensi anggaran pemerintah, yang belakangan ini menjadi isu hangat.

Bos Philip Morris International Apresiasi Pemerintah RI Jaga Iklim Investasi Kondusif

Sebagaimana diketahui, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2024 sebesar 5,02 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Dengan demikian, sepanjang tahun 2024, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,03 persen yoy.

Melihat ini, Fithra Faisal Hastiadi, selaku ekonom UI, mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi tahun 2025 diperkirakan masih berada di kisaran 5 persen. Meskipun, ada peluang untuk mencapai target yang lebih tinggi dalam beberapa tahun ke depan. 

Dorong Pemerataan Ekonomi, Kadin Genjot Sinergi Pemerintah dan Pelaku Usaha

"Pertumbuhan ekonomi tahun 2025 memang diperkirakan tidak jauh dari 5 persen, dengan proyeksi sekitar 4,97 persen. Namun, kita bisa mencapai target yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata dalam 10 tahun terakhir jika kita fokus pada sektor konsumsi, seperti program makan bergizi gratis, food estate, dan penguatan sektor pertanian," ujarnya dalam diskusi di Jakarta, Rabu, 19 Februari 2025.

Mirae Asset Ungkap Ekspektasi Pasar soal BI Rate dan Kebijakan Pemerintah

Dia mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi ini, juga bergantung pada bagaimana pemerintah mengalokasikan anggaran secara lebih efisien, termasuk adanya efisiensi anggaran. Beberapa pihak berpendapat, bahwa efisiensi ini bisa menghambat pertumbuhan ekonomi karena belanja pemerintah berkurang. 

Namun, Fithra justru membantah hal tersebut dan menegaskan bahwa anggaran tidak berkurang, melainkan dialokasikan ulang ke sektor yang lebih produktif. "Misalnya, anggaran alat tulis kantor (ATK) sebesar Rp44 triliun, itu bisa dialihkan untuk program yang lebih produktif. Ini akan memiliki dampak ekonomi yang signifikan," jelas dia. 

Dia mengatakan, INDEF memperkirakan, dampaknya sekitar 0,2 persen, sedangkan hitungan Fithra mencapai 0,3-0,4 persen, yang artinya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi menjadi 5,3-5,4 persen. "Oleh karena itu, anggaran yang tidak produktif harus dialihkan. Ini bukan soal efisiensi, tetapi  budget reallocation," kata Fithra.

Senada dengan itu, Mirah Midadan Fahmid, selaku Anggota DPD RI, menyatakan bahwa target 8 persen ini mungkin bisa dicapai, tetapi membutuhkan waktu dan fondasi yang kuat. "Dalam 1-2 tahun pertama, hampir tidak mungkin untuk langsung melompat dari 5 persen ke 8 persen. Itu peningkatan yang luar biasa, apalagi dengan adanya efisiensi dan berbagai faktor lainnya," ujarnya.

Namun, dia mengungkapkan, meski  efisiensi anggaran sedang berlangsung, kebijakan pemerintah harus tetap diarahkan pada sektor-sektor produktif, yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang. 

"Pada tahun-tahun awal pemerintahan, ini adalah masa fondasi. Kita harus melihat kebijakan mana yang cocok untuk dijalankan dan mana yang perlu dievaluasi kembali. Target 8 persen ini mungkin bisa dicapai pada akhir periode Pak Prabowo di 2029, dengan pertumbuhan bertahap dari 5 persen, mungkin ke 5,5 persen, lalu 6 persen, dan seterusnya," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya