Temui Delegasi Parlemen Inggris, Anindya Bakrie Optimistis Nilai Perdagangan RI-Inggris Lampaui US$3 Miliar
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Jakarta, VIVA – Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie menggelar pertemuan dengan rombongan delegasi British Group Inter-Parliamentary Union (BGIPU). Pertemuan itu membahas upaya peningkatan kerja sama perdagangan dan investasi antara Indonesia-Inggris.
Dia menjelaskan, pertemuan dengan BGIPU ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan yang digelar sebelumnya oleh Presiden Prabowo Subianto dengan Raja Inggris, Charles III dan Perdana Menteri (PM) Inggris, Keir Starmer, di London pada November 2024 lalu.
"Saya melihat antara Indonesia dan Inggris ini hubungannya (soal perdagangan) baik, kira US$3 miliar, tapi bisa ditingkatkan lebih jauh," kata Anindya di kawasan Tugu Tani, Jakarta Pusat, Rabu, 19 Februari 2025.
Ekspor-Impor.
- VIVA/M Ali Wafa
Dia mengakui bahwa Inggris sendiri telah memiliki sejumlah keunggulan dalam hal servis atau pelayanan, edukasi, dan sektor kesehatan yang saat ini menurutnya sudah sangat besar.
Terlebih, Inggris saat ini juga tengah berfokus pada upaya pengembangan renewable energy alias energi baru terbarukan (EBT), sebagaimana yang telah ditegaskan oleh perwakilan British Petroleum (BP) pada saat bertemu Presiden Prabowo di London November 2024 lalu.
"Dan terlihat memang Inggris itu dari sisi servisnya, edukasi, kesehatan, itu sangat-sangat besar. Selain daripada mereka juga fokus kepada renewable energy, seperti waktu diumumkan November lalu oleh British Petroleum yang juga berinvestasi di gas dan juga EBT," ujarnya.
Terkait dengan peluang peningkatan investasi Inggris di Tanah Air, Anindya mengaku sangat optimis akan hal tersebut. Sebab, menurutnya Indonesia memiliki keunggulan-keunggulan tersendiri yang dapat menjadi faktor pendukung masuknya investasi ke Tanah Air.
"Jadi Indonesia itu mempunyai atraktifnya sendiri karena kestabilan, keberlanjutan, dan kepemimpinan, dan juga dalam hal kemudahan berbisnis. Meskipun memang masih banyak hal yang harus diperbaiki lagi," kata Anindya.
Selain itu, lanjut Anindya, mengingat bahwa Inggris telah keluar dari Uni Eropa, Dia pun meyakini bahwa kerja sama perdagangan dan investasi antara Indonesia-Inggris masih akan bisa ditingkatkan lagi ke depannya. Sebab, menurutnya saat ini Inggris tentunya membutuhkan partner dagang dan politik di kawasan, akibat keputusannya keluar dari Uni Eropa tersebut.
"Inggris ini mempunyai kemampuan, karena memang industrialisasi mulanya itu dari sana. Tapi karena dia keluar dari Uni Eropa, maka tentunya mereka juga membutuhkan kawan dalam berdagang, berinvestasi, bahkan juga secara geopolitis di Asia Pasifik atau biasa disebut Indo-Pasifik. Jadi saya rasa inilah yang menjadi suatu hal yang menarik," ujarnya.