Bursa Asia Loyo Tertekan Sentimen Bisnis Jepang saat Indeks Acuan AS Tembus Rekor Tertinggi
- Pixabay
Jakarta, VIVA – Bursa Asia-Pasifik merosot sebagian pada pembukaan perdagangan Rabu, 18 Februari 2025. Berbanding terbalik, ketiga indeks acuan Wall Street kompak menguat bahkan S&P 500 berhasil menembus rekor tertinggi sepanjang masa (all high time atau ATH).
Sentimen bisnis bagi produsen Jepang meningkat pada bulan Februari 2025. Jajak pendapat menunjukkan kenaikan dari plus 2 menjadi plus 3 sekaligus menjadi level tertinggi sejak November 2024.
Bank Sentral Selandia Baru diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 3,75 persen pada rapat berikutnya. Sebelumnya, bank sentral telah menurunkan suku bunga sebanyak 125 bps pada Agustus 2024.
Penurunan suku bunga dilakukan guna mendorong perekonomian yang sedang mengalami resesi imbas peningkatan pengangguran di negara tersebut. Terlebih, bank sentral masih memiliki 'ruang' dalam kebijakan moneternya.
Ilustrasi berinvestasi.
- http://pakar-investasi.blogspot.com/
Dikutip dari CNBC Internasional, indeks Nikkei 225 Jepang terkoreksi 0,13 persen di awal pembukaan pasar. Sementara itu, indeks Topix diperdagangkan datar (flat).
Indeks Kospi dibuka menguat sebesar 0,71 persen. Begitu juga, Kosdaq yang membukukan kenaikan 0,31 persen saat pembukaan perdagangan.
Indeks Hang Seng Hong Kong menunjukkan pembukaan yang lebih lemah dari 22.976,81 menjadi 22.775. S&P/ASX 200 Australia ikut mengalami kemerosotan sebesar 0,56 persen.
Koreksi terjadi sehari setelah bank sentral Australia memangkas suku bunga 25 bps menjadi 4,10 persen. Langkah ini menandai pelonggaran pertama sejak November 2020.
Di Wall Street, ketiga indeks naik kompak membukukan kenaikan. Indeks pasar umum naik 0,24 persen menjadi 6.129,58 setelah menyentuh level 6.129,63 sebelum bel penutupan.
Nasdaq Composite melonjak 0,07 persen dan ditutup di area 20.041,26. Indeks Dow Jones Industrial Average meningkat 10 poin atau 0,02 persen menjadi 44.556,34.
S&P 500 ditutup pada rekor tertinggi setelah saham menguat beberapa detik sebelum bel penutupan. Sektor energi menyumbang kontribusi terbesar usai melesat 1,9 persen disusul kenaikan sektor teknologi.