ADRO Milik Boy Thohir Masuk 5 Besar Perusahaan Indonesia Terbaik di Asia Pasifik Versi Majalah TIME
- vivanews/Andry Daud
Jakarta, VIVA – Perusahaan milik Garibaldi Thohir atau Boy Thohir, yakni PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) masuk ke dalam jajaran 500 perusahaan terbaik di Asia Pasifik Tahun 2025 versi Majalah TIME dan Statista. Bahkan, ADRO juga menjadi satu-satunya perusahaan swasta nasional yang masuk posisi lima besar perusahaan asal Indonesia dalam jajaran tersebut.
Perusahaan yang dulunya bernama PT Adaro Energy Indonesia Tbk ini menempati posisi ke-158 dengan skor sebanyak 86,86. Perusahaan yang baru saja melakukan transformasi bisnis dengan fokus di sektor pengolahan mineral dan energi baru terbarukan itu mendapatkan poin transparansi berkelanjutan sebesar 371. Sementara itu, tingkat kepuasan karyawan tercatat mendapatkan skor 268.
Perusahaan asal Indonesia lain yang masuk ke jajaran atas dalam 500 korporasi terbaik di Asia Pasifik itu di antaranya PT Pertamina (Persero) pada posisi ke-32, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. peringkat 105, PT Astra International Tbk. peringkat 118, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. peringkat 126.
Seperti diketahui, baik Pertamina, Bank Mandiri, maupun Bank BRI adalah badan usaha milik negara (BUMN). Sementara itu, Astra adalah perusahaan multinasional. Dengan demikian, ADRO menjadi satu-satunya korporasi swasta nasional yang masuk jajaran lima besar.
Laporan ini disusun dengan menggunakan analisis komprehensif yang dilakukan untuk mengidentifikasi perusahaan dengan kinerja terbaik di kawasan Asia Pasifik.
"Setelah data dikumpulkan dan dievaluasi, data tersebut dikonsolidasikan dan diberi bobot dalam model penilaian," tulis laporan tersebut dikutip Jumat, 14 Februari 2025.
Kegiatan penambangan batu bara Adaro Energy
- Adaro Energy
Menurut publikasi tersebut, perusahaan di kawasan Asia Pasifik mampu bertahan dan menapaki tahun penuh optimistis di tengah ketidakpastian geopolitik selama tahun lalu.
Di sisi lain, tantangan geopolitik yang sedang berlangsung, seperti ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China, mendorong perusahaan untuk mendiversifikasi rantai pasok.
Banyak korporasi yang mengalihkan manufaktur atau sumber ke negara-negara di regional Asia Tenggara seperti Malaysia, Vietnam, dan Indonesia untuk mengurangi ketergantungan pada pasar tunggal.
