Kadin Jadikan Perang Dagang Ala Trump 'Warning' untuk Terus Pacu Inovasi
- VIVA/Edwin Firdaus
Jakarta, VIVA – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, bakal mengkaji upaya penerapan tarif timbal balik atau tarif balasan, terhadap banyak mitra dagangnya. Hal itu karena pemerintah AS mengeluhkan bahwa selama ini sistem global yang berlaku justru kerap merugikan AS secara ekonomi.
Bahkan pada Jumat pekan ini, Trump bakal meneken regulasi guna mendorong para Perwakilan Dagang dan Menteri Perdagangan AS, untuk mengusulkan tarif baru bagi masing-masing negara mitranya. Proses yang diperkirakan bakal memakan waktu mingguan hingga bulanan itu, bertujuan menyeimbangkan kembali hubungan perdagangan antara AS dan para negara mitra tersebut.
Saat dimintai pandangannya, Wakil Ketua Umum (WKU) Koordinator Bidang Luar Negeri Kadin Indonesia, James T. Riady mengatakan, dinamika ekonomi dan geopolitik global semacam itu memang merupakan rentetan gejolak yang tidak akan pernah berhenti sepanjang waktu.
Pemilik Saham Meikarta, James Riady.
- VIVA.co.id/Adi Suparman
Meski demikian, Kadin sendiri diakuinya melihat dinamika geopolitik global semacam itu dalam kacamata positif, sebagai peringatan bahwa berbagai inovasi harus terus diciptakan dan dipacu demi menciptakan potensi-potensi ekonomi baru.
"Kita hidup di satu situasi yang akan terus bergejolak, dan akan lebih bergejolak lagi. Tapi gejolak-gejolak itu tidak semuanya negatif ya, karena itu memberikan kita suatu warning bahwa kita setiap saat perlu melakukan terobosan-terobosan baru," kata James di kawasan Tugu Tani, Jakarta Pusat, Jumat, 14 Februari 2025.
James berpendapat, situasi yang penuh ketidakpastian itu tentunya juga menciptakan peluang-peluang tersendiri yang bisa dimanfaatkan oleh masing-masing negara. "Jadi itu juga memberikan kita inspirasi, soal apa yang kita harus lakukan dalam menghadapi situasi dunia yang baru saat ini," ujar James.
Ilustrasi perang dagang AS-China.
- UK Investor Magazine
Karenanya, kemampuan setiap negara termasuk Indonesia dalam menghadapi berbagai tantangan dan dinamika global semacam itu, diharapkan mampu membentuk karakter bangsa yang adaptif pada berbagai perubahan yang sangat cepat di dunia hari ini.
Utamanya bagi Indonesia, yang menurutnya akan menjadi negara yang makin besar apabila sanggup untuk selalu beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi global terkini.
"Jadi identitas dari setiap negara adalah bagaimana kita bisa menyesuaikan diri, dengan perubahan situasi dan merespons gejolak-gejolak yang ada di dunia. Itu identitas Indonesia," kata James.
"Karena pada saat suatu negara bisa merespons situasi di dunia dan bisa mengubah diri sendiri untuk menyesuaikan dengan situasi itu, maka dia akan menjadi satu bangsa yang kuat," ujarnya.