Pemerintah Diharap Lindungi Industri Kretek Nasional Demi Jaga Ekonomi Pancasila
- VIVA/ Yeni Lestari.
Jakarta, VIVA – Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI), M. Jusrianto, mendukung arahan Presiden Prabowo Subianto soal pentingnya perencanaan dalam pembangunan nasional berbasis ekonomi Pancasila, yang mengutamakan asas kekeluargaan sesuai dengan nilai-nilai UUD 1945. Oleh karena itu, Jusrianto berpendapat bahwa industri kretek nasional yang selama ini telah menunjukkan kontribusi dan berperan penting terhadap perekonomian Indonesia, harus dilindungi sebagai soko guru perekonomian Pancasila.
"Sebagai salah satu industri primadona yang dimiliki oleh Indonesia, industri kretek memiliki andil besar dalam menggerakkan roda perekonomian di daerah yang menjadi sentra di level hilir maupun di tingkatan pertanian tembakau," kata Jusrianto dalam keterangannya, Jumat, 31 Januari 2025.
Karenanya, ia pun memohon agar Presiden Prabowo Subianto memberikan arahan kepada Kementerian/Lembaga terkait, untuk merumuskan kebijakan yang melindungi industri kretek nasional. Karena industri kretek nasional dapat menciptakan efek pengganda, berkat kemampuannya menyerap tenaga kerja (padat karya) yang besar.
"Mulai dari sektor hulu hingga hilir, hingga dapat menggerakan perekonomian daerah," ujarnya.
Dia menambahkan, kretek sebagai produk khas industri hasil tembakau (IHT) juga memiliki daya tawar yang tinggi di pasar lokal dan internasional (ekspor). "Mayoritas kretek menggunakan bahan baku di dalam negeri (cengkeh dan tembakau)," kata Jusrianto.
Dia menambahkan, IHT menjadi industri yang mampu memenuhi persyaratan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Industri ini juga terbukti mampu menjadi salah satu tulang punggung penerimaan negara, dimana penerimaan cukai lebih dari 95 persen berasal dari Cukai Hasil Tembakau (CHT).
Namun, lanjut Jusrianto, IHT di Indonesia menghadapi berbagai persoalan yang kompleks, seperti persoalan kebijakan cukai yang dinamis. Secara tahunan, tarif CHT terus mengalami kenaikan yang terbilang eksesif, dibandingkan dengan tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi.Â
Dia menekankan, kenaikan cukai yang eksesif tersebut tentu saja memiliki pengaruh terhadap keberlangsungan industri, terlebih pabrik rokok kecil yang tidak dapat bersaing menghadapi beban pita cukai yang semakin berat. Pasalnya, produk industri kretek nasional sendiri memiliki beban fiskal yang paling besar dibandingkan industri lain.Â
"Besarnya beban fiskal pada industri di satu sisi dapat menjadi sumber penerimaan negara yang cukup diandalkan, namun di sisi lain tentu akan muncul implikasi terhadap keberlangsungan industri kretek dan aspek-aspek yang terkait lainnya," ujarnya.