BNI Siapkan Pendanaan Khusus UMKM Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan
- Dokumentasi BNI.
Jakarta, VIVA – PT Bank Negara Indonesia (Persero) alias BNI, memiliki strategi tersendiri dalam upaya pemberdayaan UMKM. Utamanya yakni UMKM yang menerapkan praktik bisnis hijau maupun memproduksi produk ramah lingkungan berorientasi ekspor, melalui program BNI UMKM Ramah Lingkungan (BUMI).
Corporate Secretary BNI, Okki Rushartomo mengatakan, program BUMI merupakan salah satu bentuk komitmen BNI, sebagai pelopor pembiayaan berkelanjutan dalam meningkatkan ekonomi rakyat.
"Perseroan telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 38,9 miliar kepada 164 pelaku usaha di industri kerajinan," kata Okki dalam keterangannya, Kamis, 23 Januari 2025.
Melalui program BUMI, Okki memastikan bahwa pihaknya akan mendorong UMKM untuk terus menerapkan prinsip ESG dalam operasionalnya. "Sehingga turut berperan dalam ekonomi hijau, sebagai bagian dari program Asta Cita Presiden Prabowo," ujarnya.
Okki menjelaskan, program BUMI yang baru saja dimulai tahun 2024 lalu tidak hanya memberikan pembiayaan berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan BNI Wirausaha (BWU)nsemata. Melainkan juga pendampingan agar UMKM terus menerapkan tata kelola sesuai praktik ramah lingkungan, untuk produk dan jasa yang dihasilkan.
"Nasabah BUMI mendapatkan edukasi dari BNI sehingga mereka menjadi UMKM yang naik kelas dan mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar," kata Okki.
Salah satu nasabah BNI yang mengikuti Program BUMI adalah Sari Wahyuni (42), yang menjalankan usaha fashion ecoprint Sweet Shabrina. Sari merupakan nasabah KUR BNI sejak 2022, dan mulai mengikuti program BUMI pada 2024.
"Awalnya saya seorang karyawan perusahaan. Tapi sejak anak saya mulai sekolah dan butuh ibu yang harus mendampingi kegiatannya, maka saya memutuskan untuk membuat usaha Ecoprint Sweet Shabrina yang juga dibantu modalnya oleh BNI," kata Sari.
Dalam menjalankan operasional, Sari melibatkan banyak perempuan di lingkungan sekitar tempat tinggalnya di Jakarta Timur. Selain itu, dia juga melibatkan penyandang disabilitas untuk berkontribusi terhadap produk fashion yang dihasilkan mulai dari pakaian, tas, hingga sampul buku.
”Produk fashion kami tidak memiliki kesamaan motif satu sama lain sebab menggunakan cetakan daun dan pewarna alami," ujarnya.