Kemenperin Bantah Kualitas SDM Jadi Alasan Apple Enggan Bangun Pabrik di RI

Apple.
Sumber :
  • Habr

Jakarta, VIVA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) buka suara soal pandangan yang menyatakan bahwa Apple enggan membangun pabrik di Indonesia lantaran rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM), birokrasi berbelit-belit, hingga belum tersedianya industri berteknologi tinggi.

Singapura Janji Investasi Energi Hijau di Indonesia, Kadin Beberkan Insentif Pemerintah

Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif menyayangkan pandangan tersebut. Febri juga menyinggung pengamat yang menyatakan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia yang masih rendah, dibandingkan dengan IPM negara lain sebagai penyebab Apple tidak kunjung berinvestasi di Indonesia.

Dia mengatakan, anggapan tersebut sulit diterima oleh akal sehat karena menjadikan IPM sebagai tolak ukur investasi.

6 Cara Terapkan Frugal Living ala Orang China, Bikin Hidup Hemat dan Saldo Tabungan Nambah Terus!

“Kalau ukuran SDM dijadikan sebagai penarik investasi, pengamat tersebut harus menggunakan kualitas SDM di bidang teknologi informasi (IT) atau yang terkait dengan produksi produk berteknologi tinggi yang berasal dari perguruan tinggi sebagai ukuran. Kami pikir banyak lulusan IT dari perguruan tinggi terbaik di Indonesia yang bisa mendukung kinerja fasilitas produksi HKT (handphone, komputer genggam, dan tablet) Apple nantinya. Kualitas mereka tidak kaleng-kaleng dan sangat menarik bagi investor asing,” tegasnya dikutip dalam keterangan tertulis, Kamis, 23 Januari 2025.

Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Febri Hendri Antoni Arif

Photo :
  • Kemenperin
Pemerintah Terus Mendorong Pengembangan Pariwisata Indonesia Sebagai Penggerak Pertumbuhan Ekonomi

Febri mengatakan, sebenarnya tidak ada halangan bagi Apple untuk membangun fasilitas produksi HKT di Indonesia. Apple memiliki kemampuan finansial dan pengaruh yang besar untuk membawa supplier GVC (Global Value Chain) ke Indonesia. 

Begitu juga iklim berbisnis, kemampuan SDM, dan ekosistem teknologi tinggi di Indonesia juga menjadi nilai lebih bagi Apple untuk masuk ke Indonesia.

“Hal-hal yang menghambat Apple membangun fasilitas produk di Indonesia hanya klaim hipotesis yang diajukan oleh pihak-pihak tertentu, termasuk para pengamat. Pihak Apple dalam negosiasi menyampaikan bahwa mereka membutuhkan waktu untuk pembangunan fasilitas produksi HKT di Indonesia, juga untuk membawa GVC mereka masuk ke sini,” kata Febri.

Apple Sudah Berbisnis di RI Sejak 2017 dan Tidak Ada Birokrasi yang Sulit

Apple iPhone.

Photo :
  • Toms Guide/Future

Menurut Febri, Apple sudah berbisnis dan berinvestasi di Indonesia sejak tahun 2017 dengan menggunakan fasilitas investasi yang diatur dalam Permenperin No. 29 Tahun 2017. 

“Itu artinya, tidak ada birokrasi yang berbelit-belit yang mempersulit bisnis Apple di Indonesia. Hingga tahun 2024, juga tidak ada komplain dari Apple terkait birokrasi dan regulasi di Indonesia,” ujar Febri.

Febri menegaskan, hingga saat ini sudah banyak investor yang membangun ekosistem produksi teknologi tinggi di Indonesia. Sehingga hal tersebut jelasnya, membuktikan bahwa tidak ada permasalahan di ekosistem teknologi.

“Bagi kami, ini membuktikan bahwa tidak ada masalah ekosistem teknologi tinggi pada sistem produksi manufaktur Indonesia. Ekosistem tersebut sudah ada dan bisa dimanfaatkan oleh perusahaan teknologi tinggi global seperti Apple di Indonesia,” katanya.

Sebelumnya, Peneliti Ekonomi Digital Celios, Dyah Ayu Febriani mengatakan kurangnya kemampuan SDM dalam negeri menjadi faktor utama Apple berat untuk mengalokasikan modalnya di Indonesia. Ia menyebut Human Capital Index Indonesia masih di bawah negara tetangga.

"Untuk teknologi ini sendiri, kita harus mengetahui bahwa Human Capital Index Indonesia ini masih rendah dibandingkan Singapura, Malaysia, maupun Vietnam. Jadi, pemerintah selain harus membenahi adanya regulasi dan juga pemberdayaan insentif fiskal maupun non fiskal," kata Dyah, dikutip VIVA dari  Instagram @idx_channel Rabu, 22 Januari 2025.

Alasan kurangnya SDM yang menjadi faktor perusahaan Amerika Serikat tersebut juga diungkapkan oleh Ketua Umum Indonesian Digital Empowerment Community (IDEC), M. Tesar Sandikapura. Ia menilai SDM dalam negeri belum cukup mampu mengikuti teknologi super canggih yang dimiliki Apple.

"Kalau saya lihat banyak faktor, salah satunya masalah kekuatan skill kita sebagai karyawan teknologi," ungkap Tesar Sandikapura. 

Selain faktor tersebut, ia juga menyebutkan bahwa ada faktor lain seperti masalah supply chain atau rantai pasok serta masalah birokrasi Indonesia yang masih cukup berbelit-belit. Diketahui, Apple memprioritaskan negara-negara yang memiliki stabilitas regulasi dan kemudahan berbisnis menjadi pertimbangan utama.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya