Banyak Gen Z Masih Nganggur, Kenapa Generasi Ini Sulit Cari Kerja?
- Freepik.com//@prostooleh
Jakarta, VIVA – Generasi Z alias Gen Z, belakangan ini kerap menjadi sorotan, karena sebagai penerus milenial, mereka akan memasuki masa usia produktif. Namun, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, masih banyak dari Gen Z yang menganggur.
Data BPS mengungkap, 42,62% Gen Z di Indonesia pada rentang usia 15-24 tahun, masuk dalam Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Selain itu, sebanyak 4.303.938 tenaga kerja muda dari total populasi Gen Z sebanyak 44.495.300 orang, tercatat tidak bekerja.
Kondisi ini diperburuk dengan fakta bahwa 20,27% dari mereka tidak bersekolah, bekerja, atau mengikuti pelatihan. Fenomena ini tentu menimbulkan pertanyaan, apa sih yang membuat Gen Z sulit mendapatkan pekerjaan?
Melansir dari Forbes, ada beberapa tantangan besar bagi Gen Z untuk mendapatkan pekerjaan. Mulai dari persaingan dengan teknologi seperti AI, stigma yang melekat pada Gen Z, hingga ketidakpastian ekonomi. Berikut penjelasan lengkapnya seperti dirangkum pada Rabu, 22 Januari 2025.
1. Persaingan dengan Teknologi AI
Kemajuan teknologi, seperti kecerdasan buatan, telah menggantikan banyak pekerjaan di entry level. Banyak perusahaan menggunakan AI untuk tugas-tugas rutin yang sebelumnya menjadi langkah awal bagi tenaga kerja muda dalam mendapatkan pengalaman. Hal ini membuat Gen Z harus beradaptasi dengan mempelajari keterampilan baru agar tetap relevan di pasar kerja.
2. Stigma Terhadap Gen Z
Sebagian besar pengusaha memiliki pandangan negatif terhadap etos kerja Gen Z. Mereka sering dianggap tidak fleksibel, sulit diatur, dan kurang memiliki etika kerja. Padahal, generasi ini lebih memilih lingkungan kerja yang menghargai keberagaman dan memiliki tujuan sosial.
3. Ketidakpastian Ekonomi
Inflasi, meningkatnya biaya hidup, dan tingkat utang yang tinggi menciptakan tantangan finansial bagi Gen Z. Banyak dari mereka merasa cemas tentang masa depan, bahkan ketika mereka optimis bisa mendapatkan pekerjaan.
4. Minimnya Lowongan Pekerjaan Entry-Level
Perusahaan cenderung mengurangi perekrutan pekerja pemula, dan fokus pada pengembangan internal, atau menggunakan teknologi untuk efisiensi. Akibatnya, peluang bagi lulusan baru semakin menyusut.
5. Ekspektasi Fleksibilitas Kerja
Gen Z tumbuh dengan teknologi yang mendukung fleksibilitas dalam berbagai aspek kehidupan. Sayangnya, tidak semua perusahaan mampu menyediakan sistem kerja fleksibel, yang sering menjadi alasan menurunnya loyalitas karyawan muda.
6. Sistem Kerja yang Usang
Banyak perusahaan masih menggunakan sistem kerja tradisional yang tidak efisien. Ini bertolak belakang dengan ekspektasi Gen Z yang terbiasa dengan teknologi mutakhir. Hal ini membuat mereka merasa terhambat dalam berkontribusi secara maksimal.
Itulah alasan kenapa Gen Z sulit mendapatkan pekerjaan. Bagaimana menurut Anda?