Anindya Bakrie Sebut RI Bisa Jadi Pemasok Material Bagi Industri EV di AS
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Jakarta, VIVA – Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie, menyambut baik wacana yang menyebut bahwa Pemerintah Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Donald Trump, sedang berinvestasi dalam industri kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).
"Itu bisa menjadi peluang baik khususnya bagi Indonesia," kata Anin dalam keterangannya, Rabu, 22 Januari 2025.
Menurutnya, Indonesia bisa menjadi pemasok perangkat keras untuk industri EV di AS, yang tentunya memerlukan rantai pasokan yang berkelanjutan, tangguh, terjangkau, serta efisien. Meski mengaku belum tahu soal bagaimana bentuk kerja sama yang bisa dijalin antara Indonesia-AS terkait potensi di industri EV negeri Paman Sam tersebut, namun Anin meyakini bahwa realisasi dari wacana tersebut bakal saling menguntungkan bagi kedua negara.
"Kita belum tahu bagaimana bentuknya nanti, apakah akan lebih mengarah ke kesepakatan bilateral. Tapi bagi Indonesia yang memulai dari posisi yang lebih rendah, m dan mengingat kita belum memiliki perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan AS, saya rasa ini bisa menjadi suatu potensi keuntungan dan kerja sama yang saling menguntungkan," ujarnya.
Anin menjelaskan, Indonesia memang sangat berkeinginan dan membutuhkan peran dalam ekosistem rantai pasokan kendaraan listrik secara global. Menurutnya, Indonesia memiliki tekad kuat dan sumber daya yang diperlukan untuk berkontribusi pada dunia.
Dari sisi sumber daya alam, Indonesia memiliki cadangan mineral strategis yakni berupa 22 persen cadangan nikel dunia. Hal itu ditambah dengan timah, tembaga, dan bauksit, yang potensinya masuk dalam lima besar dunia. Sementara dari sisi energi, Indonesia menurutnya juga memiliki potensi energi terbarukan yang luar biasa, mulai dari panas bumi, hidro, tenaga surya, hingga angin.
“Pemerintah bahkan menargetkan pembangunan pembangkit listrik sebesar 100 gigawatt dalam 15 tahun ke depan, dengan 75 persen di antaranya dari energi terbarukan. Angka 75 gigawatt ini setara dengan total kapasitas pembangkit yang sudah terpasang di Indonesia saat ini,” kata Anin.
Selain itu, lanjut Anin, Indonesia juga dianugerahi kekayaan biodiversitas yang luar biasa, mulai dari hutan, lahan gambut, mangrove, hingga terumbu karang, dengan potensi penyerapan karbon mencapai 500 gigaton.
"Potensi ini bisa menjadi sumber pendanaan untuk berbagai inisiatif hilirisasi kami. Selain itu, dengan populasi 285 juta jiwa, dan jika melihat Asia Tenggara secara keseluruhan yang mencapai 800 juta jiwa, kami memiliki pasar yang sangat menjanjikan," ujarnya.