5 Tips Hidup Hemat yang Masih Relevan Hingga Saat Ini, Sudah Ada Sejak Tahun 1950-an

Ilustrasi frugal living atau hemat
Sumber :
  • Freepik.com

Jakarta, VIVA – Frugal living hingga hidup minimalis (minimalist living) merupakan gaya hidup yang menjadi tren belakangan ini. Keduanya menekankan hidup hemat dengan membuat keputusan finansial secara bijaksana untuk mencapai kestabilan dan kesehatan kondisi keuangan.

Dikutip dari NewTraderU pada Rabu, 15 Desember 2025, aktualisasi frugal living ternyata sudah ada sejak tahun 1950-an. Saat itu, prinsip hidup hemat muncul di saat masa pemulihan pasca perang dunia II. Rumah tangga memanfaatkan sumber daya yang terbatas semaksimal mungkin sekaligus meminimalkan pemborosan.

Menariknya, banyak dari praktik frugal living yang masih relevan pada pertengahan abad ke-20 yang sudah tergolong era modern. Adopsi kebiasaan=kebiasaan yang sudah ada sejak tahun 1950-an dinilai dapat meningkatkan kesejahteraan finansial.

Kebiasaan ini juga mengarah pada gaya hidup berkelanjutan. Berikut beberapa kebiasan jadul yang masih sesuai saat mengimplementasikan hidup hemat di era modern.

1. Makan di Rumah

Straregi frugal living yang sudah ada sejak lebih dari setengah abad adalah kebiasaan makan di rumah. Memasak hidangan dari sayuran mentah dinilai lebih hemat daripada makan di restoran atau membeli makanan instan.

Kebiasaan ini juga memberikan manfaat kesehatan signifikan karena dibuat dari bahan berkualitas. Selain itu, Anda juga dapat mengolah kembali makanan yang tersisa menjadi hidangan lain yang tak kalah lezat, seperti sisa nasi dibuat menjadi nasi goreng dengan menambahkan bakso dan beberapa potong sayur agar nutrisi terpenuhi.

Setop Beli 5 Barang Ini di Tahun 2025 Kalau Gak Mau Miskin!

2. Berbelanja dengan Cerdas

Orang-orang zaman dahulu sudah menyadari pentingnya perencanaan pengeluaran guna menghindari pembelian impulsif. Kebiasaan ini membuat daftar belanja terperinci berdasarkan kebutuhan rumah tangga mereka dan mematuhinya dengan tekun.

5 Kebiasaan Frugal Living Motivator Finansial Tersukses di AS, Ternyata Masih Pakai Mobil Jadul

Strategi ini dianggap efektifnya hingga saat ini untuk menghindari godaan berbagai produk baru yang tak ada habisnya. Dahulu, praktik kebiasaan belanja cerdas dengan membeli barang berkualitas yang tidak mudah rusak dalam jumlah besar saat ada promosi atau potongan harga.

3. Memprioritaskan Perbaikan

Tips Hemat Menggelar Pesta Tahun Baru Anti Boncos

Ilustrasi perbaikan ponsel

Photo :
  • Pixabay

Pada tahun 1950-an, menjahit dan memperbaiki pakaian daripada langsung menggantinya saat rusak menjadi hal lumrah. Mereka mempelajari teknik menjahit dasar, orang-orang dapat memperpanjang umur pakaian sekaligus menghemat pengeluaran pembelian sepotong baju.

Tak hanya itu, mereka juga melakukan perbaikan kecil pada rumah dan mobil secara mandiri daripada memanggil tenaga profesional atau teknisi. Kala itu juga sudah menerapkan budaya daur ulang dengan menggunakan kembali barang-barang. Hal ini sejalan dengan implementasi hidup berkelanjutan melalui pengurangan limbah rumah tangga.

4. Melakukan Penghematan Energi

Meski pengetahuan terbilang terbatas tetapi masyarakat saat itu sudah melakukan kebiasaan sederhana sebagai upaya hemat energi. Misalnya membuka jendela di musim panas sebagai ventilasi dan menggunakan tirai tebal untuk menjaga suhu ruangan tetap hangat saat musim dingin.

Saat itu, masyarakat juga sudah menghemat listrik dengan mematikan lampu dan peralatan saat tidak digunakan. Kebiasaan ini masih relevan mengingat semakin banyaknya perangkat elektronik di rumah.

Di samping itu, konservasi air sebagai praktik penghematan yang tidak kalah penting. Gunakan air dengan bijaksana untuk keperluan mencuci piring, menyiram kebun dan kegiatan harian lainnya.

5. Bijaksana Atur Keuangan

Ilustrasi Atur Keuangan

Photo :
  • pexels.com/Karolina Kaboompics

Gaya hidup hemat tahun 1950-an mengajarkan kita pentingnya bijak dalam mengatur keuangan. Orang-orang pada masa itu lebih fokus pada kebutuhan daripada keinginan, dan lebih memilih kegiatan sederhana serta berhemat.

Mereka memahami bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari barang-barang mewah, tetapi dari kepuasan atas apa yang sudah dimiliki dan pengalaman bersama keluarga. Dengan menerapkan pola pikir ini, kita bisa membangun pondasi keuangan yang kuat untuk masa depan.

Dengan rajin menabung atau berinvestasi secara konsisten dapat membantu mengatasi tantangan ekonomi. mencapai tujuan keuangan kita. Ingat bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu datang dari hal-hal materi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya