Ketimpangan Pembangunan dan Ekonomi di Bali Mendongkrak Angka Kemiskinan Ekstrem

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Bali, I Wayan Wiasthana Ika Putra
Sumber :
  • VIVA.co.id/Maha Liarosh (Bali)

Bali, VIVA – Masalah utama pembangunan di Bali adalah ketimpangan antar sektor. Sektor pariwisata sangat mendominasi. Hampir 75 persen sumbangan ekonomi di Bali berasal dari pariwisata yang merupakan sektor tersier.

"Berarti kan pertanian, industri itu kecil sekali. Artinya Bali sangat tergantung pada sektor pariwisata," jelas Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Bali, I Wayan Wiasthana Ika Putra di Kantor Perwakilan wilayah Bank Indonesia Provinsi Bali, Selasa, 14 Januari 2025.

Pantai Nusa Lembongan di Bali

Photo :
  • VIVA/ Maha Liarosh/ Bali

Dikatakannya ketimpangan antar wilayah juga menjadi masalah utama pembangunan di Bali.

"Pembangunan di Bali Selatan ini luar biasa. Masif ekonomi pariwisatanya. Itu kita akui. Dan ini pemerintah sudah mencoba menjawab dengan membuat transformasi ekonomi Bali yang diresmikan oleh Presiden. Itu maksudnya supaya kita mendorong tumbuhnya ekonomi-ekonomi baru di luar Bali Selatan," jelasnya.

Menurutnya, ketimpangan yang terjadi di Pulau Dewata juga berimbas pada angka kemiskinan. Ia menyebut, data BPS mengungkap kemiskinan di Bali menurun 4,0 persen di tahun 2023.

Meskipun angka kemiskinan di Bali lebih rendah dibandingkan dengan nasional, namun kemiskinan ekstrem justru terjadi peningkatan.

"Kalau bicara data bagus, kemiskinan terendah,  pengangguran terendah, secara makro semuanya bagus. Ternyata di balik itu ada hal yang harus kita jawab, ekonomi belum merata," ujarnya.

Ika Putra mengakui, tahun 2025 menjadi tahun dengan tantangan berat dengan adanya pergantian kepala darah baru di seluruh Bali. Menurutnya, hal itu akan berpengaruh dengan kebijakan.

Sementara itu, Kepala Perwakilan wilayah Bank Indonesia Indonesia Erwin Soeriadimadja mengatakan, pada tahun 2024, Bali menutup pertumbuhan ekonomi sebesar 5,43%.

"Kita berharap pertumbuhan ekonomi di Bali dapat terus menguat. Di tahun 2025 kita melihat bahwa sektor pariwisata berkontribusi 44%," kata Erwin.

Untuk menguatkan pertumbuhan ekonomi di Bali kata Erwin perlu memperkuat fondasi perekonomian Bali menuju ekonomi yang lebih berdaya tahan, inklusif dan berkelanjutan.

Bank Indonesia memproyeksikan sektor potensial di 2025 yakni, pertanian, infrastruktur dan pengembangan ekonomi kreatif berbasis budaya dan pemberdayaan masyarakat.

"Perekonomian di Bali ini sangat bergantung pada investasi dengan kontribusi 27,5 persen dan tingkat konstruksi sebesar 53,10%. Sehingga memang diperlukan upaya-upaya untuk memboosting investasi dan konstruksi di Bali," jelasnya.

Untuk mendorong sektor-sektor potensial di Bali diperlukan investasi dan pembiayaan serta  dukungan regulasi.

Viral, Bule di Bali Naik Ojol Bonceng 3 Tanpa Pakai Helm Sambil Bermesraan

Erwin mengatakan, investasi di Bali 92% masih berfokus pada kebutuhan tersier di sektor jasa pariwisata. Bank Indonesia mendorong adanya diversifikasi ekonomi di sektor primer dan sekunder yang masih relatif terbatas.

"Dua sektor di luar kebutuhan tersier saat ini masih terbatas," jelas Erwin Soeriadimadja.

Direncanakan Beroperasi Lagi Juli, Dishub Bali Akan Lakukan Survei Kebutuhan Koridor Bus Trans Metro Dewata
ilustrasi suku bunga

Ekonom Proyeksikan BI Tahan Suku Bunga Acuan di 6 Persen Pertimbangkan Hal Ini

Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan, arah kebijakan suku bunga acuan atau BI Rate hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG) BI 14-15 Januari 2025.

img_title
VIVA.co.id
15 Januari 2025