Usai Tutup E-Commerce, Bukalapak Lapor ke BEI soal Sisa Dana IPO Rp9,3 Triliun
- Dok.Bukalapak
Jakarta,VIVAÂ - PT Bukalapak.com (BUKA) memberikan laporan kepada pihak Bursa Efek Indonesia (BEI), perihal dana hasil penawaran umum alias initial public offering (IPO) yang masih tersisa sebanyak Rp 9,3 triliun sampai akhir tahun 2024 lalu.
Melalui surat yang disampaikan kepada BEI, Direktur Bukalapak, Natalia Firmansyah mengatakan, perseroan memperoleh dana IPO setelah dikurangi biaya emisi sebesar Rp 21,32 triliun.Â
Dana IPO yang digunakan oleh BUKA sendiri tercatat mencapai Rp 11,99 triliun, sehingga total dana hasil IPO yang sudah diserap mencapai sekitar 43,7 persen dari total dana yang diterima.Â
"Dalam enam bulan terakhir, dana yang digunakan sekitar Rp 500 miliar," kata Natalia dalam keterangannya, Selasa, 14 Januari 2025.
Dia menjelaskan, Bukalapak menggunakan dana tersebut masing-masing untuk modal kerja anak usahanya, yakni PT Buka Mitra Indonesia sebesar Rp1,14 triliun, PT Buka Pengadaan Indonesia sebesar Rp 35,6 miliar, PT Buka Usaha Indonesia sebesar Rp 17 miliar, Bukalapak Pte Ltd sebesar Rp 1,05 miliar, dan modal kerja untuk anak usaha lainnya sebesar Rp 3,89 triliun.
Dalam laporan keuangan terbaru, Bukalapak mencatat kas dan setara kas sebesar Rp 11,36 triliun, yang dinilai tergolong tinggi karena porsinya mencapai 46 persen dari ekuitas BUKA yang sebesar Rp 24,8 triliun.
Dia memastikan, lebih dari separuh kas dan setara kas BUKA juga banyak ditempatkan di deposito berjangka. Dimana yang terbesar ada di Bank DBS Indonesia yakni sebanyak Rp 4 triliun, di BRI Rp 3,5 triliun, Bank Mandiri Rp 1,7 triliun, dan Allo Bank Rp 750 miliar.Â
Diketahui, Bukalapak melakukan IPO pada Agustus 2021, dan mencatat kinerja saham yang buruk. Dengan harga IPO Rp 850, saham BUKA turun hingga 86,5 persen ke level Rp 114 per saham. Namun, kapitalisasi pasarnya tercatat mencapai Rp 11,7 triliun, atau hampir setara dengan posisi kasnya.
Terkini, Bukalapak baru saja mengumumkan penutupan lini e-commerce-nya sehingga tidak lagi menjual produk fisik, melainkan hanya menawarkan produk virtual seperti pulsa, paket data, dan token listrik. Keputusan ini merupakan strategi dari pihak manajemen, guna mentransformasi perusahaan untuk memperkuat Mitra Bukalapak.