Gen Z Lebih Suka Kerja Freelance Daripada Kantoran 9-5, Apa Sih Alasannya?
- pexels.com/Leeloo The First
Jakarta, VIVA – Ada penemuan unik terkait Generasi Z alias Gen Z yang ternyata kini semakin memilih karier sebagai freelance dibandingkan pekerjaan kantoran dengan jam kerja 9-5. Berdasarkan survei dari Upwork, lebih dari separuh pekerja Gen Z telah mencoba pekerjaan freelance, dan 53% dari mereka menjadikannya sebagai pekerjaan utama mereka.
Sebelumnya, survei lain oleh Upwork Research Institute dan Edelman DXI pada 2023 menunjukkan bahwa 38% tenaga kerja di AS, atau sekitar 64 juta orang, melakukan pekerjaan freelance. Angka ini meningkat 4 juta dari tahun 2022.
Survei terbaru ini memperlihatkan data berdasarkan kelompok usia, di mana 52% profesional Gen Z bekerja freelance, dibandingkan dengan 44% dari generasi Milenial, 30% dari Gen X, dan 26% dari Baby Boomers.
Menariknya, lebih dari separuh pekerja freelance Gen Z menjadikan freelance sebagai karier utama mereka dengan bekerja setidaknya 40 jam per minggu. Sebagian besar dari mereka bahkan sudah melakukannya selama lebih dari dua tahun.
Data ini menunjukkan bahwa generasi termuda ini mulai meninggalkan pola kerja tradisional, yang biasanya berpusat pada satu pemberi kerja dengan jam kerja tetap.
Kenapa Gen Z Memilih Freelance?
"Penelitian kami menunjukkan bahwa generasi baru ini melihat karier modern lebih beragam dan dinamis dibandingkan generasi sebelumnya," kata Kelly Monahan, Direktur Upwork Research Institute, seperti dikutip dari SHRM, Senin, 13 Januari 2025.
"Mereka menginginkan kebebasan, kendali, dan otonomi yang memungkinkan mereka memanfaatkan pola kerja baru yang lebih fleksibel dan berdampak pada kinerja serta stabilitas finansial mereka," jelasnya.
Tony Buffum, Wakil Presiden Strategi Klien HR di Upwork menambahkan, Gen Z memiliki pola pikir yang lebih entrepreneurial dibandingkan generasi sebelumnya. "Ini adalah waktu yang tepat untuk menjadi lebih mandiri, berkat teknologi yang membuat pekerjaan lebih transparan dan memungkinkan bekerja dari mana saja. Gen Z memahami bagaimana memanfaatkan peluang ini lebih baik daripada generasi sebelumnya," ungkapnya.
Meski pendapatan tetap menjadi faktor penting, motivasi utama Gen Z menjadi freelancer di antaranya fleksibilitas kerja (70%), kemampuan bekerja dari lokasi pilihan mereka (64%), kesempatan mengejar pekerjaan yang sesuai dengan passion (62%), dan kendali lebih besar atas pengembangan karier dan diri (61%).
"Mereka ingin maju dalam karier tanpa harus menaiki tangga karier yang kaku," tambah Buffum. "Generasi berikutnya kemungkinan akan semakin mencari independensi seperti ini."
Apa Dampaknya pada Dunia Kerja?
Bruce Tulgan, CEO Rainmaker Thinking, menyebut, pattern atau pola pekerjaan, saat ini sedang berubah. Pola kerja tradisional dengan satu pemberi kerja, jam kerja tetap, dan sistem yang mengatur karyawan dalam jangka panjang, mulai ditinggalkan, khususnya oleh generasi muda.
"Gen Z tidak memikirkan cara membangun karier dan menyesuaikan hidup dengan itu, mereka justru membangun hidup dan menyesuaikan karier dengan gaya hidup mereka," kata dia.
Buffum juga menambahkan bahwa stigma seputar pekerjaan freelance semakin berkurang. "Kini, tidak ada lagi generalisasi tentang siapa freelancer itu, jenis pekerjaan apa yang mereka lakukan, dan bagaimana mereka bekerja. Semakin banyak pemberi kerja yang memahami hal ini, semakin baik mereka bisa menarik talenta bernilai ini."