Sempat Panik, Begini Cara Gen Z Balikpapan Hadapi Dampak PPN 12 Persen
- VIVA.co.id/Jhovanda (Kalimantan Timur)
Balikpapan, VIVA – Kenaikan PPN jadi 12% resmi berlaku sejak 1 Januari 2025 untuk barang-barang kategori mewah. Barang mewah yang dimaksud adalah barang yang saat ini dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), tersebut tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 15 tahun 2023.
Meski Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan ketentuan PPN di luar barang mewah tidak berubah, namun faktanya di lapangan tetap terjadi perubahan harga yang meningkat. Salah satunya adalah kebutuhan yang menunjang kegiatan Gen Z, seperti kuota internet, biaya langganan streaming seperti Netflix, Spotify, bahkan tiket konser juga diprediksi ikut naik.
Sejumlah anak muda di Balikpapan mengeluhkan kondisi itu. Mereka menilai kenaikan harga itu dapat menghambat produktifitas anak muda untuk berkreasi.
Alfandi Nasrun (18) mengatakan dia sangat bergantung pada kuota internet untuk menambah uang saku sekolahnya. Menurutnya, gen Z dapat menghasilkan uang dengan gampang asal kebutuhan internet tercukupi.
“Saya masih SMA tapi saya bisa menghasilkan uang dengan menjual akun game yang saya mainkan. Namun dengan kenaikan harga akibat pajak 12 persen, tentu kuota internet saya tidak seperti sebelumnya,” katanya.
Ristanti Harahap, penulis muda asal Balikpapan mengatakan kenaikan pajak 12 persen berdampak pada pekerjaannya. Sebagai penulis, Ristanti mencari inspirasi dengan menggunakan layanan hiburan daring berbayar atau streaming seperti YouTube Music, Spotify dan Netflix.
“Sekarang harganya sudah naik, Spotify dan Netflix yang saya butuhkan juga naik. Sebenarnya agak sedih tapi mau tidak mau harus lebih semangat lagi cari cuan agar menutup kebutuhan,” katanya.
Sementara itu Christy Nadya Cinta, pegiat sosial dan model asal Balikpapan membagi kiat sukses untuk para gen Z di tengah hebohnya kenaikan pajak 12 persen. Menurutnya, anak muda tetap harus berkembang dengan mengasah skil di bidang ekonomi kreatif.
“Ekonomi kreatif adalah wadah anak muda yang ingin mencari cuan dengan cara yang moderen. Ekonomi kreatif itu ada tiga bagian dan semua itu bisa dilakukan dengan mudah asal ada niat yang kuat,” katanya.
Dijelaskan Nadya, beberapa peluang di bidang ekonomi kreatif yang bisa dilakukan antara lain game interaktif, industri musik, kerajinan tangan, seni pertunjukan, layanan perangkat lunak dan masih banyak lagi.
“Saat ini anak-anak gen Z sudah mulai merambah game interaktif, meski saat ini kuota internet naik, namun masih wifi yang penggunannya lebih dari satu orang. Selain itu ada seni pertunjukan, kegiatan ini dapat dilakukan dengan membentuk sebuah tim, bisa dancer, grup tari atau drama musical,” sebutnya.
Sementara untuk kebutuhan anak muda, para gen Z sebaiknya menahan keinginan membeli barang yang bukan kebutuhan utama. Supaya lebih hemat, masyarakat bisa membeli kebutuhan pokok di tempat yang tidak kena PPN, seperti warung kelontong dan pasar tradisional.
Selanjutnya, lebih banyak menabung karena mulai 2025 tidak hanya PPN naik 12 persen, tetapi sejumlah pungutan tambahan lainnya akan mulai berlaku, sehingga penting memiliki dana darurat untuk mengantisipasi pengeluaran yang naik.
“Saat ini gen Z dituntut harus lebih pandai mengatur keuangan dan memilih kebutuhan. Jadi mulai dari sekarang tetap semangat belajar mencari cuan tanpa perlu bingung dengan kenaikan pajak yang dapat ditanggulangi dengan menekan pengeluaran,” tutupnya.