Ekonom Kadin Prediksi BI Akan Pangkas Suku Bunga 50 Basis Poin pada 2025

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

Jakarta, VIVA – Wakil Ketua Komisi Tetap II Kajian Ekonomi Global Strategis Kadin Indonesia, Josua Pardede memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan memangkas suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 50 basis poin (bps) ke level 5,5 persen pada 2025. 

Kaleidoskop 2024: Rupiah Bergejolak Hampir Sentuh Rp 16.500 per Dolar AS

Josua mengatakan, untuk arah suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat atau the Fed pada 2025, diperkirakan masih akan memangkas suku bunga acuannya sebesar 0,5 persen. 

"Suku bunga BI pun juga mungkin kami melihatnya akan sedikit terbatas ya, mungkin terbatas di tahun ini 6 persen. Tahun depan mungkin paling maksimal penurunannya di 5,5 persen," ujar Josua dalam acara Kadin Global dan Domestic Economic Outlook 2025 di Menara Kadin, Jakarta, Senin, 30 Desember 2024.

Rupiah Menguat ke Rp 16.180 per Dolar AS di Akhir 2024

ilustrasi suku bunga

Photo :
  • Adri Prastowo

Josua menuturkan, pada sisa tahun ini usai BI memangkas suku bunga acuannya pada Agustus 2024 ke level 6 persen. Bank Sentral Indonesia ini sebenarnya memiliki peluang untuk kembali memangkas suku bunga acuannya. 

BI Catat Aliran Modal Keluar dari RI Capai Rp 4,31 Triliun di Pekan ke-IV Desember

Namun jelas Josua, terdapat beberapa faktor yang menjadi pertimbangan BI untuk tidak melakukan penurunan BI Rate. Salah satunya pelemahan rupiah. 

"Inflasi di tahun ini cukup rendah sebenarnya itu memberikan ruang penurunan suku bunga BI. Namun, memang sekali lagi ada faktor lainnya lagi yang mempengaruhi BI untuk menahan suku bunganya ini adalah rupiah," katanya. 

Adapun untuk rupiah sendiri Kepala Ekonom Bank Permata ini memperkirakan, akan bergerak di level Rp 16.000 pada 2025. Perkiraan ini kata Josua, seiring dengan kondisi geopolitik global.

"Karena rupiah ini kami melihat bahwa rupiah di tahun 2025 mendatang ini sepertinya masih akan berkisar di Rp 16.000. Karena tadi ada beberapa faktor dari kondisi global, khususnya sentimen global geopolitik yang masih akan membatasi penguatan rupiah di tahun 2025 mendatang," ujarnya. 

Maka dengan itu, Josua mengatakan bahwa para pengusaha harus mencermati pergerakan dari nilai tukar rupiah.

"Nah kaitannya adalah bagaimana kita sebagai pengusaha mencermati nilai tukar, tentunya kalau kita melihat bagaimana memitigasi risiko nilai tukar, tentunya ada tadi sudah disampaikan juga ya, lokal currency transaksi untuk para eksportir dan importir," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya