Tutup Perdagangan Saham 2024, OJK Laporkan Performa Apik Pasar Modal Indonesia

Penutupan perdagangan saham 2024.
Sumber :
  • Dokumentasi OJK.

Jakarta, VIVA – Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan, Inarno Djajadi, memaparkan pencapaian Pasar Modal Indonesia selama tahun 2024. Prestasi tersebut sekaligus menunjukkan resiliensi yang luar biasa.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengadakan pertemuan penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2024. Mengingat, bursa akan libur pada tanggal 31 Desember 2024 dan 1 Januari 2025 untuk menyambut pergantian tahun baru.

Inarno mengatakan, ketangguhan pasar modal dapat tercapai di tengah beragam tantangan global dan domestik. Saat ini, tantangan utama bagi perekonomian global antara lain terjadi perlambatan pertumbuhan di beberapa negara utama serta ketidakpastian geopolitik yang belum mereda.

Sementara dari sisi domestik, telah melewati momentum krusial tahun diantaranya pemilu Presiden, legislatif, dan Pilkada serentak. Hal tersebut memberikan sentimen terhadap dinamika pasar modal Indonesia.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Korban OJK, Inarno Djajadi

Photo :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

"Berbagai tantangan tersebut telah menguji ketangguhan dan ketahanan dalam mendorong pertumbuhan pasar modal yang berkelanjutan," ucap Inarno di Jakarta, Senin, 30 Desember 2024.

Menurut Inarno, masa krusial sudah terlewati dengan baik berkat kerja keras, sinergi, dan kerja sama yang kuat dari seluruh pemangku kepentingan. Tidak hanya bertahan, Inarno mengklaim pasar modal Indonesia sukses mencatatkan berbagai capaian positif sepanjang tahun 2024.

"Kita berhasil menghadapi berbagai tantangan tersebut dengan penuh optimisme. Capaian positif sepanjang tahun 2024 menjadi bukti nyata komitmen bersama dalam mendukung pertumbuhan dan stabilitas pasar modal di tanah air," imbuh Inarno.

Dinamika sepanjang tahun 2024 memberikan tantangan dan peluang bagi Pasar Modal Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menyentuh titik terendah tetapi diimbangi keberhasilan beberapa menembus rekor tertinggi (all time high) sepanjang tahun ini. 

Pada akhir perdagangan 27 Desember 2024, IHSG ditutup di posisi 7.036,57 atau melemah 3,25 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (ytd). Kapitalisasi pasar mengalami pertumbuhan sebesar 5,05 persen ytd menjadi Rp12,2 ribu triliun. 

OJK Siapkan Aturan Paylater terkait Batas Usia hingga Pendapatan

Ilustrasi IHSG.

Photo :
  • VIVA/Muhamad Solihin

Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) tercatat di posisi 213,86 atau tumbuh sebesar 0,57 persen. Dengan nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp 6.759,54 triliun atau tumbuh sebesar 9,98 persen.

Investor Kripto di Indonesia Capai 21 Juta, DPR Dorong Pemerintah Rampungkan Peraturan Transisi ke OJK

Pasar Surat Utang juga menunjukkan pertumbuhan positif. Indeks ICBI ditutup di level 392,36 atau melesat 4,74 persen dari periode yang sama tahun 2023.

Aktivitas penghimpunan dana di Pasar Modal membukukan 187 penawaran umum (IPO) termasuk 35 Emiten baru. Sehingga total nilai penghimpunan dana selama tahun  2024 mencapai Rp 251,04 triliun.

Asosiasi Siap Sambut Pengalihan Kewenangan Pengawasan Aset Kripto

Anggota DK OJK Inarno Djajadi.

Photo :
  • Dokumentasi OJK.

"Angka ini telah melampaui target Rp200 triliun, menjadi bukti nyata kepercayaan yang terus menguat terhadap pasar modal Indonesia," lanjut Inarno.

Tak hanya itu, kinerja positif juga ditorehkan reksa dana. Per tanggal 24 Desember 2024, Asset Under Management (AUM) tercatat sebesar Rp 840,07 triliun atau meningkat sebesar 1,37 persen ytd.

Bursa Karbon yang baru diluncurkan pada 26 September 2023 turut menunjukkan kinerja apik. Volume transaksi mencapai 908 ribu ton karbondioksida (CO2) ekuivalen setara Rp 50,64 miliar. 

Ilustrasi jejak karbon.

Photo :
  • New perspective marketing

Inarno mengungkapkan sudah ada 100 perusahaan yang berpartisipasi sebagai pengguna jasa di perdagangan karbon. Total unit karbon yang masih tersedia lebih dari 1,35 juta ton CO2 ekuivalen. 

"Pencapaian ini menunjukkan respons positif terhadap inisiatif dan upaya mendukung transisi menuju ekonomi rendah karbon yang berkelanjutan," tegas Inarno.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya