Ketum Kadin Anindya Bakrie Ungkap Pentingnya Kerja Sama Dagang RI-Uni Eropa

Ketua Kadin Anindya Bakrie di acara KED Breakfast, Menteng, Jakarta
Sumber :
  • Viva/Siska Permata Sari

Jakarta, VIVA – Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Anindya Bakrie, menekankan pentingnya akses pasar internasional untuk meningkatkan daya saing Indonesia. Dalam pidatonya, dia menyebut kerja sama dagang dengan Uni Eropa sebagai langkah strategis.

Pemain Timnas Indonesia Marselino Ferdinan Ukir Sejarah di Inggris

"Kita bilang kerja sama dengan EU ini sangat penting. Bukan hanya karena kita makin banyak pasar, makin bagus, tetapi EU, dengan segala macam kerewelannya, itu 17 triliun USD economy," kata Anindya Bakrie dalam acara Kadin Economic Diplomacy (KED) Breakfast di Menteng, Jakarta Pusat, Jumat, 13 Desember 2024.

Ketua Kadin Anindya Bakrie bersama para anggota Kadin di KED Breakfast

Photo :
  • Viva/Siska Permata Sari
Anindya Bakrie Bakal Dampingi Prabowo Kunjungan ke India, Lihat Pabrik Susu hingga Otomotif

Anindya menyebut, bahwa tantangan utama kerja sama ini adalah isu keberlanjutan. Mulai dari deforestasi dan minyak kelapa sawit. Namun, dia menyebut bahwa pemerintah Indonesia mencari solusinya.

"Kita cari jalan, dan katanya Pak Presiden (Prabowo Subianto) mau mencoba untuk menyelesaikan di kuartal satu tahun depan," ujar dia.

Anindya Bakrie Kumpulkan Komite Bilateral Kadin, Bahas Investasi hingga Perdagangan

Selain Uni Eropa, kerja sama dagang dengan Kanada juga menjadi fokus. Hal ini diharapkan mampu membuka peluang lebih besar bagi Indonesia. Anindya menegaskan, bahwa akses pasar menjadi kuncinya. 

"Kita nggak bisa jualan kalau misalnya nggak ada pasar," sambungnya.

Selain itu, Anindya melihat persaingan global antara Amerika Serikat dan China, dapat memberikan dampak positif bagi Indonesia. "Dan yang saya lihat juga dengan persaingan antara Amerika dan China, itu akan ada dua paralel. Dua hal paralel itu peningkatan teknologi, terutama dari sisi artificial intelligence. Itu bagus buat Indonesia, karena kita non-align," jelas dia.

Namun, di lain sisi, persaingan ini juga menjadi tantangan, terutama dari negara-negara Asia Tenggara seperti Vietnam, yang sangat gencar memanfaatkan strategi China plus one.

"Negara Asia Tenggara yang berpikir seperti ini kan semuanya, terutama misalnya Vietnam yang sangat hungry untuk mendapatkan China plus one strategy," kata Anindya.

Menurut dia, kompetisi ini menuntut Indonesia untuk lebih kompetitif. “Nah jadi saya lihat ini sangat menarik tapi kompetitif. Kita mesti bersaing karena pada akhirnya ini kan kompetisi. Tapi bersaing ini juga untuk kesejahteraan masyarakat luas," pungkas Anindya Bakrie.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya