Respons Ketum Kadin Indonesia soal Rencana Trump Naikkan Tarif Impor

Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie, di acara 'Indonesia Euro Investment Summit 2024', di Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Jakarta, Senin, 9 Desember 2024
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Jakarta, VIVA – Presiden Terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump bakal merealisasikan kebijakan soal tarif impor tinggi terhadap sejumlah negara. Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie, mengatakan bahwa hal itu merupakan sebuah kebijakan AS yang tidak bisa dicegah, karena merupakan komitmen keras Donald Trump sejak masa kampanye.

Selangkah Lagi Menuju Gedung Putih, Dana Pelantikan Trump Tembus Rp 2,7 Triliun

"Memang itu kayaknya tidak bisa dicegah ya tarif tinggi itu. Karena memang sebagian daripada kebijakan Pak Presiden Trump," kata Anindya saat ditemui usai acara 'Indonesia Euro Investment Summit 2024', di Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Jakarta, Senin, 9 Desember 2024.

Presiden terpilih AS, Donald Trump

Photo :
  • (AP Photo/Lynne Sladky)
6 Bank Terbesar di AS Keluar dari Aliansi Perbankan Net Zero Global Sebelum Pelantikan Trump

Meski demikian, Indonesia menurut Anindya kini juga tengah berupaya menciptakan peluang pembukaan pasar-pasar baru, melalui perjanjian perdagangan yang dijalin dengan sejumlah negara seperti misalnya Kanada, Uni Emirat Arab (UEA), Australia, dan Jepang.

"Tapi kita mencari, kemarin kan ada kerja sama dengan Kanada, dengan UAE, dengan Jepang, dan juga dengan Australia," ujarnya.

Minuman Berpemanis Kena Tarif Cukai Mulai Semester II-2025

Terlebih, dari pengalaman perjalanan 2,5 minggu mendampingi kunjungan kerja Presiden Prabowo Subianto ke sejumlah negara beberapa waktu lalu, Anindya mengaku melihat bahwa jalinan kerja sama antarnegara Selatan-Selatan di dunia alias global south, nyatanya juga tak kalah penting.

"Kerja sama antara Selatan-Selatan Dunia atau Global South, itu juga penting. Misalnya dengan negara Latin Amerika, Asia Tenggara, Selatan di situ ya. Lalu juga negara di Timur Tengah, itu penting," kata Anindya.

Namun di satu sisi, Anindya juga berharap agar perjanjian perdagangan antara Indonesia dengan Uni Eropa (IEU-CEPA) bisa benar-benar difinalisasi dan disepakati oleh kedua belah pihak, sehingga bisa segera diimplementasikan.

Sebab, manfaat ekonomi bagi kedua pihak khususnya bagi Indonesia, diakui Anindya juga sangat besar apabila kesepakatan dagang antara Indonesia-Uni Eropa itu bisa benar-benar terwujud.

"Tapi kenapa tadi saya bilang (kerja sama dagang Indonesia-Uni Eropa) strategis? Karena saya rasa saya melihat US$17 triliun (potensi) ekonomi sebagai blok, dan ini terbesar di dunia, tidak boleh dilupakan," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya