Menteri Rosan Ungkap Daftar Negatif Investasi Asing Dipangkas, Sisa 6 Industri
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Jakarta, VIVA – Pemerintah telah memangkas regulasi dan menyederhanakan sejumlah kebijakan, guna menarik lebih banyak investor untuk berinvestasi di Tanah Air. Hal itu diungkapkan Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Rosan Roeslani.
Bahkan sejak tahun 2021, Rosan menegaskan bahwa Indonesia sudah merevisi sebagian besar daftar negatif investasi (DNI) yang ada. Apabila sebelumnya terdapat 100 industri yang tertutup bagi investasi asing, kini hanya sisa 6 industri saja yang tidak dapat dimasuki investasi asing tersebut.
"Lebih dari 100 industri yang sebelumnya tertutup bagi pihak asing, kini hanya tersisa 6 industri yang tidak dapat dimasuki oleh pihak asing," kata Rosan di acara 'Indonesia Euro Investment Summit 2024', di Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Jakarta, Senin, 9 Desember 2024.
Dengan hal tersebut, Rosan pun mengklaim bahwa saat ini Indonesia sudah sangat terbuka bagi investor asing. Hal itu diharapkan dapat berkontribusi lebih besar bagi perekonomian nasional, karena saat ini struktur pertumbuhan ekonomi Indonesia didorong oleh beberapa faktor utama.
Misalnya seperti dari konsumsi domestik yang memberikan kontribusi sebesar 53-54 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, dibandingkan dengan investasi yang baru berkontribusi sekitar 24-35 persen.
Sementara dari sisi pengeluaran pemerintah turut berkontribusi menyumbang sekitar 8-9 persen bagi perekonomian nasional, dan ekspor-impor yang masing-masing berkontribusi sekitar 2 persen.
"Angka-angka ini berdasarkan data dari Bappenas. Investasi yang perlu kita capai untuk tahun 2024 adalah sekitar US$100 miliar, dan akan terus meningkat dari tahun 2024 hingga 2025," ujar Rosan.
Selain itu, lanjut Rosan, pemerintah Indonesia kini juga tengah berfokus pada upaya-upaya hilirisasi, guna menciptakan nilai tambah bagi industri. Bahkan, pemerintah telah melakukan penilaian awal dan mengidentifikasi 28 komoditas untuk hilirisasi, termasuk mineral, batu bara, perkebunan, perikanan, kehutanan, dan lainnya.
"Tapi kami akan memilih 5-6 industri, dengan potensi besar yang berdampak signifikan bagi ekonomi dan masyarakat," ujarnya.