Perdagangan Karbon Diminati Pasar, Konferensi Karbon Digital Digelar Lagi
- New perspective marketing
Jakarta, VIVA - Konferensi Digital Karbon atau Carbon Digital Conference (CDC) akan kembali diselenggarakan pada 10-11 Desember 2024 di Jakarta. Acara tersebut akan diikuti lebih banyak peserta dari berbagai kalangan guna memacu semangat berinvestasi, inovasi, kolaborasi dan juga akselerasi perdagangan karbon.
Ketua Umum Indonesia Carbon Trade Association (IDCTA) Riza Suarga mengatakan, respon positif dari peserta CDC tahun 2024 menunjukkan minat industri yang tinggi terhadap perdagangan karbon dalam negeri. Pada tahun lalu, konferensi karbon digital berhasil menggaet sebanyak 248 peserta dari sekitar 50 negara.
Riza memastikan, CDC tahun 2025 lebih menarik sekaligus akan memetakan arah masa depan pasar karbon Indonesia. Setidaknya, sebanyak 1.500 perusahaan Jepang yang beroperasi di Indonesia akan berpartisipasi.
Konferensi akan mempertemukan kembali para pemain digital yang inovatif, pengembang proyek karbon, investor, dan pembeli kredit karbon dalam skala global. Sehingga membuka kesempatan seluas-luasnya bagi para pelaku usaha membangun jaringan, bertukar pengetahuan dan gagasan, serta eksplorasi inisiatif kolaboratif.
Dengan begitu, membantu mengatasi tantangan sekaligus memanfaatkan peluang dalam ekonomi karbon yang dinamis.
Keterlibatan pelaku usaha akan menambah wawasan dengan pembahasan topik ekosistem karbon yang lebih luas. Bukan tidak mungkin, menghadirkan peluang yang lebih besar pada industri ekonomi karbon digital tanah air.
"CDC ini pada tahun lalu mendapatkan respons yang positif dari dalam dan juga luar negeri. Kami berharap, acara tahun ini bisa menarik lebih banyak lagi peserta sehingga bisa memacu semangat berinvestasi dan juga akselerasi perdagangan karbon,” ungkap Riza yang dikutip dari keterangan resmi pada Minggu 8 Desember 2024.
Konferensi karbon digital (CDC) tahun 2024 akan menggali lebih dalam mengenai perpaduan antara Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), dan pasar karbon. Adopsi ini dianggap penting sehingga diskusi menyoroti peran teknologi guna memastikan integritas proyek-proyek karbon sembari menjajaki jalan baru untuk pertumbuhan yang berkelanjutan.
“Menyusul kesuksesan CDC 2023, kami berharap CDC 2024 sebagai katalisator untuk kemajuan lebih lanjut dalam pasar karbon global. Dalam menatap masa depan, konferensi ini akan terus menyoroti potensi ekonomi karbon tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di berbagai wilayah di seluruh dunia," imbuh Riza.
Riza menambahkan, CDC tahun 2024 siap menjadi acara yang lebih berdampak, mendorong kolaborasi, inovasi, dan solusi berkelanjutan dalam lanskap ekonomi karbon yang dinamis. Alhasil, tercipta sebuah platform yang mendorong kolaborasi, memamerkan teknologi disruptif, dan mempercepat kemajuan mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC) dalam menghadapi perubahan iklim.
Kolaborasi yang sukses antara IDCTA, IETA, PwC, serta tambahan partisipasi JETRO dan PERKASA sebagai penyelenggara diharapkan dapat terus berlanjut di CDC 2024. IDCTA berharap CDC tahun ini bisa dibuka oleh Presiden Prabowo Subianto. Saat ini, proses kehadiran Presiden masih menunggu konfirmasi dari Menteri Sekretaris Negara.
Yuliana Sudjonno, PwC Indonesia Partner dan Sustainability Leader, sepakat dengan Riza. Yuliana melihat usaha dari Pemerintah Indonesia yang terus berkomitmen untuk meningkatkan pencapaian NDC melalui penetapan harga karbon yang komprehensif dan infrastruktur yang kuat.
Lebih lanjut, Yuliana menyampaikan agar para pelaku usaha harus mengintegrasikan perdagangan karbon ke dalam strategi Environmental, Social, and Governance (ESG). Di antaranya melalui penggunaan kredit untuk pembiayaan hijau dan pelabelan guna meningkatkan nilai produk.
"Dengan demikian, pelaku usaha dapat berkontribusi secara signifikan terhadap pencapaian target NDC Indonesia 2030," tutur Yuliana.