Film Dokumenter Bankir Legendaris Robby Djohan Diluncurkan
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Jakarta, VIVA – Infobank Picture meluncurkan film dokumenter berjudul "Robby Djohan, The Story A Legendary Banker". Film ini mengisahkan perjalanan kepemimpinan Robby Djohan, seorang bankir legendaris yang meninggalkan banyak legacy di panggung perbankan bahkan korporasi di tanah air.
Penulis naskah sekaligus sutradara, Karnoto Mohamad mengatakan, film dokumenter berdurasi 50 menit ini menceritakan sosok banjir legendaris Robby Djohan, yang pertama kali menanamkan nilai-nilai profesionalisme dan integritas di industri perbankan, meletakkan dasar-dasar pendidikan profesionalisme bankir.
"Serta mengutamakan pentingnya menyiapkan kader-kader pemimpin masa depan," kata Karnoto dalam keterangannya, Rabu, 4 Desember 2024.
Menurutnya, kemajuan yang dicapai perbankan Indonesia saat ini terjadi berkat adanya bankir-bankir profesional, yang tentunya tidak lepas dari peran Robby Djohan.
"Setelah krisis moneter atau dua puluh tahun terakhir, bankir didikan Robby Djohan mengisi kursi puncak perbankan Indonesia, bahkan sekarang sudah beralih ke generasi berikutnya," ujarnya
Film dokumenter ini diluncurkan di Ritz Carlton Hotel, Kuningan, Jakarta, pada 29 November 2024. Momentum itu dihadiri banyak bankir senior yang merupakan didikan maupun sahabat Robby Djohan, serta para anggota keluarganya. Peluncuran film dokumenter ini dibuka oleh Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, yang pernah menjadi Direktur Utama Bank Mandiri pada 2013-2016.
"Dalam perkembangan karir saya, saya hidupnya di sekelilingnya anak-anaknya (didik) Pak Robby, dan beberapa kali berinteraksi dengan Pak Robby, beliau memberikan tips-tips yang out of the box. Beliau seperti ahli nujum yang pandai mengetahui karakter orang, dan mendidik orang," ujarnya.
Sebagai informasi, Robby Djohan membangun karir di Citibank pada 1967, dan tercatat sebagai orang Indonesia pertama yang mengikuti Executive Development Program di bank asal Amerika Serikat tersebut. Pengalaman delapan tahun di Citibank menjadi bekal Robby Djohan untuk berhasil membesarkan Bank Niaga, dari yang sebelumnya berukuran kecil dan tak dikenal menjadi bank swasta terbesar nomor dua setelah Bank Central Asia pada 1988.
Karena pernah aktif di Gerakan Mahasiswa Djakarta yang dekat dengan Soekarno, nama Robby Djohan pun tidak popular di mata Orde Baru. Namun, ketika Garuda Indonesia Airways bangkrut dan harus ditangani oleh profesional bertangan dingin, Presiden Soeharto mengundangnya untuk membenahi Garuda pada tahun 1998.
Setelah berhasil memutar haluan Garuda dalam enam bulan dan rezim Orde Baru tumbang, Robby Djohan pun diminta Presiden BJ Habibie untuk memimpin mega merger empat bank merah menjadi Bank Mandiri pada tahun 1999. Hingga akhirnya, Robby Djohan meninggal pada 13 Mei 2016, dan meninggalkan satu orang istri serta tiga orang anak.