Menuju Indonesia Emas 2025, Ini Tantangan dan Peluangnya

Rektor Universitas Brawijaya Malang, Prof. Widodo
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta VIVA – Indonesia saat ini berada di persimpangan jalan penting dalam mewujudkan visi besar 'Indonesia Emas 2045'. Pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto & Gibran Rakabuming Raka, memiliki target ambisius untuk mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 8% per tahun. 

Mengoptimalkan Potensi Manufaktur Indonesia di Tengah Kontraksi PMI

Rektor Universitas Brawijaya Malang, Prof. Widodo mengatakan, ada tantangan besar menghadang. Realitas menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 hanya mencapai 5,05%, jauh dari target tersebut.

"Ketimpangan ekonomi antar wilayah masih signifikan, terutama antara Jawa dan luar Jawa. Daya saing Indonesia juga tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti Singapura dan Thailand, mencerminkan kebutuhan mendesak untuk transformasi ekonomi," kata Widodo dikutip dalam keterangannya, Senin, 2 Desember 2024.

Prabowo Bertemu Pengusaha Amerika Serikat di Istana

Ia melanjutkan, tantangan ini semakin kompleks dengan berbagai masalah struktural yang menghambat pertumbuhan. Deindustrialisasi dini menjadi salah satu isu utama yang dihadapi Indonesia. 

"Sejak 2011, kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB terus menurun, melemahkan potensi pertumbuhan ekonomi," katanya.

Anindya Bakrie Sinergikan Kadin-HIPPI Demi Capai Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

Empat provinsi industri utama—Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Banten—mengalami perlambatan sejak awal 2024. 

"Studi Universitas Brawijaya di Jawa Timur mengidentifikasi empat tantangan utama: biaya tenaga kerja yang tinggi, mahalnya bahan baku, sulitnya akses bahan penolong, dan kebijakan perpajakan yang kurang mendukung," katanya

Menurutnya, jika tanpa solusi, deindustrialisasi ini dapat semakin memperburuk kondisi ekonomi nasional. Perlambatan konsumsi rumah tangga dan investasi juga menambah tekanan. Konsumsi rumah tangga, sebagai pendorong utama ekonomi, menunjukkan perlambatan yang mengkhawatirkan. 

"Di sisi lain, investasi pun lesu, menambah beban ekonomi. Pemerintah berupaya mempertahankan pertumbuhan melalui pengeluaran publik, yang meningkat sejak 2018, terutama dalam merespons pandemi COVID-19 dan persiapan pemilu. Namun, pada 2024 dan 2025, keterbatasan fiskal menjadi tantangan besar. Tekanan fiskal ini diperparah oleh meningkatnya pembayaran utang dan stagnasi penerimaan pajak," jelasnya.

Ilustrasi Pajak

Photo :
  • pexels.com/Nataliya Vaitkevich

Akibatnya, lanjut dia, kemampuan pemerintah untuk mempertahankan pengeluaran produktif, seperti pembangunan infrastruktur dan sektor sosial, berpotensi menurun.

"Stagnasi penerimaan pajak menjadi salah satu hambatan utama. Rasio pajak terhadap PDB, yang sempat meningkat dari 8,3% pada 2020 menjadi 10,4% pada 2022, kembali turun menjadi 10,2% pada 2023. Diperkirakan angka ini akan stagnan hingga 2024," ucapnya.

Ia menguraikan, beban pembayaran bunga utang yang tinggi membatasi alokasi anggaran untuk belanja produktif, yang selama ini menjadi motor penggerak ekonomi. Tanpa kebijakan fiskal yang tepat, termasuk perluasan basis pajak dan peningkatan kepatuhan wajib pajak, ruang fiskal akan semakin sempit, dan pertumbuhan ekonomi bisa terhambat.

Di tengah tantangan ini, digitalisasi muncul sebagai solusi potensial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Proyeksi menunjukkan bahwa nilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai $90 miliar pada 2024, meningkat 13% dibandingkan tahun sebelumnya.

Dengan membangun ekosistem digital yang kuat, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengatasi berbagai hambatan ekonomi. Teknologi seperti AI generatif dapat dioptimalkan di sektor pertanian, membantu mencapai swasembada pangan melalui prediksi cuaca yang lebih akurat dan efisiensi pengelolaan lahan. Digitalisasi juga dapat meningkatkan produktivitas di sektor industri dan pemerintahan, mempercepat transformasi ekonomi nasional.
Namun, digitalisasi saja tidak cukup. 

Reformasi birokrasi yang mendalam menjadi kunci untuk mendukung pertumbuhan berkelanjutan. Dengan memperbaiki tata kelola pemerintahan dan meningkatkan efisiensi anggaran, pemerintah dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi investasi dan bisnis. 

"Selain itu, penguatan sumber daya manusia melalui pemerataan akses pendidikan berkualitas menjadi fondasi penting. Hanya dengan kolaborasi lintas sektor dan kebijakan yang tepat, Indonesia dapat mengatasi tantangan struktural yang dihadapi saat ini," ucapnya.

Melalui forum Business, Economic, Social, And Technology (BEST) Outlook ini, berbagai solusi akan dibahas secara komprehensif, termasuk strategi untuk memperkuat daya saing nasional, mendorong pertumbuhan inklusif, dan mengoptimalkan potensi ekonomi digital. 

"Dengan langkah nyata dan kolaborasi yang solid, Indonesia dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi dan membuka jalan menuju visi besar Indonesia Emas 2045," tuturnya.

Deindustrialisasi, ketidakpastian fiskal, dan perlambatan investasi memang menjadi tantangan berat. Namun, dengan memanfaatkan peluang dari ekonomi digital, mengoptimalkan teknologi, dan melakukan reformasi struktural, Indonesia memiliki semua potensi untuk bangkit dan menjadi kekuatan ekonomi global.

BEST Outlook 2025 menjadi momentum penting untuk merumuskan langkah-langkah strategis yang akan membawa Indonesia keluar dari stagnasi dan menuju masa depan yang lebih cerah.

FGD VIVA.co.id, Mengakhiri One Million Trap, Menyongsong Era Rendah Emisi

Ekonom Sebut Pertumbuhan Ekonomi RI Lebih Tinggi dari Negara G20, Tren Penjualan Tetap Naik

Ekonom Senior, Cyrillus Harinowo menyebut, kinerja ekonomi Indonesia pada kuartal III-2024 lebih tinggi dibandingkan negara G20.

img_title
VIVA.co.id
4 Desember 2024