Pengelola KFC di Indonesia Akui Boncos Akibat Boikot, Fokus Genjot Penjualan Online
- Tokopedia
Jakarta, VIVA – PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) selaku pengelola restoran KFC di tanah air memaparkan berbagai faktor yang memicu penurunan penjualan secara signifikan selama sembilan bulan beruntun tahun 2024. Aksi boikot masyarakat jadi salah satunya.
Dalam paparan publik yang dilakukan secara daring, Direktur FAST Wahyudi Martono menyampaikan, boikot menyebabkan omzet KFC anjlok sejak akhir kuartal 2023 hingga 2024. Selain itu, penurunan pendapatan penjualan juga dipicu gangguan rantai pasokan.
Kondisi tersebut menyebabkan volatilitas harga komoditas meningkat. Lonjakan harga komoditas global turut dipengaruhi perubahan iklim ekstrim di beberapa kawasan sehingga jumlah produksi terbatas.
“Dampak keadaan ini adalah terjadinya inflation pressure kepada bahan-bahan baku yang harus dibeli perseroan,” imbuh Wahyudi dikutip dari Investor Trust pada Jumat 29 November 2024.
Lebih lanjut, Wahyudi menuturkan perubahan landscape pasca pandemi ikut menekan kuantitas penjualan. KFC semakin terhimpit lantaran meningkatnya persaingan restoran cepat saji (quick service restaurant atau QSR).
Tidak hanya sampai disitu, pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memberikan efek domino terhadap melonjaknya harga bahan baku ikut membuat KFC semakin rugi. Pasalnya, beberapa bahan masakan untuk proses marinasi yang digunakan perseroan masih menggunakan bahan baku impor sampai sekarang.
“Terakhir, adanya penurunan daya beli masyarakat yang menyebabkan jelas sekali transaksi kami. Meskipun banyak hal yang negatif, tapi kami optimis karena masih mengalami beberapa hal yang positif dan kita mengharapkan hal-hal yang menjadi challenge di tahun 2023 dan 2024 dapat diperbaiki,” ujar Wahyudi.
KFC pun harus melakukan penutupan sejumlah gerai yang ada di Indonesia. Sampai kuartal III-2024, restoran ayam goreng sudah menutup 47 gerai sehingga tersisa 715 dari 762 pada 31 Desember 2023.
Penutupan sejumlah gerai diakui Wahyudi sebagai dampak tidak langsung dari ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Sampai saat ini boikot terhadap produk terafiliasi Israel masih konsisten dilakukan oleh sebagian masyarakat tanah air.
Di tengah situasi yang kurang menguntungkan ini, KFC optimis mampu meningkatkan produktivitas penjualan. KFC akan mengandalkan penjualan daring melalui KFCku Apps, Pay n Pick, dan layanan Drive thru untuk pembelian take away produknya.
Artikel ini telah tayang di InvestorTrust.id dengan judul, “Fast Food (FAST) Ungkap Strategi Bangkit Usai Tutup Puluhan Gerai KFC”.