Minuman Kaleng Gaza Cola Bikin Heboh di Inggris, Label ‘Genocide-Free’ Jadi Sorotan

Minuman Gaza Cola yang ramai di Inggris
Sumber :
  • Al Jazeera

Jakarta, VIVA – Gaza Cola, minuman ringan asal Palestina, belum lama ini menjadi sorotan di Inggris. Minuman dengan label “genocide-free” dan desain yang mengusung bendera Palestina ini tidak hanya menawarkan kesegaran, tetapi juga pesan politik.

5 Jurnalis Palestina Tewas saat Liput Peristiwa di RS, Ditembak Tentara Israel meski Bertanda “Press”

Gaza Cola, dianggap sebagai alternatif bagi mereka yang mendukung boikot terhadap merek besar yang disebut-sebut mendukung serangan Israel di wilayah Palestina. Minuman ini diciptakan oleh Osama Qashoo, seorang aktivis dan mantan pengungsi Palestina yang kini tinggal di Inggris.

"Gaza Cola adalah tentang memberikan rasa yang bebas dari rasa bersalah, rasa yang bebas dari genosida. Ini adalah rasa kebebasan sejati," kata Qashoo, seperti dikutip dari Al Jazeera, Selasa, 26 November 2024.

Kelompok HAM Israel Sebut Rezim Zionis Bangun 7 Permukiman Ilegal Tepi Barat Milik Palestina

Qashoo meluncurkan Gaza Cola pada November 2023. Produksi dilakukan di Polandia dan diimpor ke Inggris untuk mengurangi biaya.

Penemu minuman Gaza Cola sekaligus aktivis, Osama Qashoo

Photo :
  • Al Jazeera
Hamas Tuding Otoritas Palestina di Tepi Barat "Melayani Musuh Zionis"

Penjualan minuman ini awalnya dilakukan melalui jaringan restoran Palestina, seperti Hiba Express, hingga toko-toko kecil milik Muslim di Inggris. Lalu, sejak Agustus 2024, lebih dari 500.000 kaleng Gaza Cola telah terjual.

Nynke Brett, salah satu pembeli Gaza Cola di London, menyebut minuman ini berbeda dari soda lainnya. "Rasanya lebih lembut, tidak terlalu berkarbonasi, dan lebih mudah dinikmati. Rasanya bahkan lebih enak karena Anda tahu sedang mendukung Palestina," kata dia.

Qashoo juga memastikan seluruh keuntungan dari penjualan Gaza Cola digunakan untuk membangun kembali bangsal bersalin di Rumah Sakit al-Karama di Gaza. "Kami ingin menunjukkan contoh perdagangan, bukan donasi," jelas dia.

Dalam proses pengembangan Gaza Cola, Qashoo menceritakan bahwa dia sempat menghadapi banyak hambatan. "Setiap mitra potensial menyarankan untuk ada kompromi-kompromi warna, font, nama, hingga bendera. Tapi kami menolak untuk berkompromi pada hal-hal ini," ujarnya.

Meskipun menghadapi hambatan untuk memasuki pasar besar, Gaza Cola tetap berhasil membangun loyalitas pelanggan melalui pesan solidaritasnya. "Kami ingin membangun gerakan boikot yang berdampak langsung pada pendapatan perusahaan besar," kata Qashoo.

Di sisi lain, Jeff Handmaker, seorang profesor sosiologi hukum di Universitas Erasmus Rotterdam, menilai bahwa boikot seperti ini berhasil menciptakan kesadaran publik. "Kampanye boikot terhadap Coke telah berhasil dalam hal ini," katanya.

Qashoo kini tengah mengembangkan versi baru Gaza Cola dengan lebih banyak karbonasi, sambil terus berharap setiap tegukan minuman ini menjadi pengingat akan perjuangan rakyat Palestina. "Ini hanya sebagai pengingat kecil dan lembut, seperti, oh ya, nikmati minuman Anda, salam dari Palestina," tutupnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya