Bisnis Lokal di Berbagai Negara Dapat Angin Segar Imbas Masifnya Boikot Produk Terafiliasi Israel

Menu Taste of The World McDonald's 2022.
Sumber :
  • VIVA/Rizkya Fajarani Bahar

Jakarta, VIVA – Aksi boikot terhadap berbagai produk dari perusahaan yang terindikasi memberikan dukungan terhadap kejahatan genosida yang dilakukan Israel masih terus berlanjut. Masyarakat di berbagai negara kompak beralih ke produk buatan lokal.

Israel Attacks Yemeni Airports, Ports

Boikot memberikan efek domino bagi McDonald, KFC, Starbuck hingga Coca-Cola yang menjadi sasaran target utama gerakan Boikot, Divestasi, Sanksi (DBS). Kampanye ini bertujuan untuk memberikan tekanan kepada perusahaan penyokong Israel sehingga zionis bisa menghentikan serangannya.

Produk-produk yang terjaring boikot juga menghadapi persaingan ketat dari merek lokal. Sebab, masyarakat kompak memilih produk produksi dalam negeri sebagai barang substitusinya. 

Rudal Hipersonik Houthi Kembali Hantam Bandara Ben Gurion Israel

Dikutip dari Daily News Egypt pada Selasa, 26 November 2024, Anggota Dewan Kamar Dagang Mesir, Dr. Ashraf Kordy, menyatakan kampanye boikot telah menantang merek-merek Barat untuk memikirkan kembali dukungan mereka terhadap Israel dan telah menciptakan peluang bagi perusahaan dan merek lokal untuk berkembang. Kondisi ini cukup menjadi peluang bagi bisnis lokal dari produk sejenis yang diboikot untuk tumbuh dan berkembang.


Source : KFC Rest Area

Bos WHO Nyaris Jadi Korban Serangan Rudal Israel di Bandara Yaman

“Pentingnya dukungan para pemangku kepentingan dalam mendorong kemajuan industri dalam negeri. Dengan mendukung industri lokal dan memboikot merek yang mendukung Israel maka menciptakan dunia yang lebih adil dan damai,” imbuhnya. 

Selain sebagai bentuk dukungan untuk kemerdekaan Palestina, merek lokal mempunyai keunggulan dari harga produksi yang lebih rendah. Alhasil, harga jual yang ditawarkan juga lebih murah.

Misalnya di Pakistan, KFC digantikan dengan merek ayam goreng lokal, Kababjees, bahkan bisnisnya menunjukkan perkembangan pesat. Merek ayam goreng seperti Sabana, Hisana, Ayam Geprek Bensu, D'kriuk, dan d'Best O Chicken & Burger juga kian populer di Indonesia.

Permintaan produk L'Oreal juga menurun signifikan. Warga Pakistan lebih memilih produk tiruan (dupes) buatan, yaitu shampo Meclay London yang menikmati peningkatan selama gerakan boikot karena mengalami peningkatan permintaan dalam jumlah besar. 

Merek minuman berkarbonasi buatan Pakistan, seperti Cola Next, Pakola, dan Quice mulai menyaingi Pepsi dan Coca-Cola yang sudah tersohor sebagai produsen minuman soda global. Merek-merek lokal di Pakistan terus meningkatkan kapasitas untuk memenuhi permintaan.

Pendiri Krave Mart, Kassim Shroff, mengatakan popularitas minuman berkarbonasi meningkat seiring gerakan boikot. Pangsa pasarnya melesat sekitar 12 persen atau naik 2,4 persen dari periode sebelumnya.

"Sebelumnya, sekitar 90 persen pangsa pasar restoran dikuasai oleh Coca-Cola dan Pepsi. Namun kini pangsa pasar terbesar dipegang oleh merek lokal, mungkin lebih dari 90 persen," imbuh Salman Aleem, Sekretaris Jenderal All Pakistan Restaurant Association.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya