Bidik Potensi Bisnis Industri Kendaraan Listrik di 2025, Begini Strategi Dharma Polimetal
- Tangkapan layar.
Jakarta, VIVA – Emiten manufaktur komponen otomotif PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA)membidik peluang pasar industri electric vehicle (EV) atau kendaraan listrik pada tahun 2025 mendatang. Untuk Itu, DRMA mengembangkan ‘Dharma Connect,’ yaitu ekosistem kolaboratif yang mendorong pengembangan kendaraan listrik.
Presiden Direktur DRMA Irianto Santoso mengungkapkan, ekosistem tersebut terbagi dalam lima segmen yaitu DC Battery (battery pack & energy storage system), DC Power (slow & fast charging station), DC Motor (BLDC Hub & Mid Drive Motor), DC Solar, dan DC Cross (2W & 4W EV Conversion).
“Sejauh ini DRMA telah menunjukkan kemampuan dalam mengelola sumber daya secara optimal dan efisien, sehingga peningkatan yang dicapai mampu melampaui pertumbuhan industri. Oleh karenanya, mempertahankan kinerja yang baik di kuartal IV tahun ini, sembari menyiapkan diri untuk menyongsong tahun 2025 merupakan langkah bijaksana pilihan kami,” ujar Irianto di Jakarta, Kamis, 14 November 2024.
Irianto menjelaskan, perseroan melihat aturan pemerintah mengenai syarat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) telah menghadirkan peluang besar untuk pertumbuhan bisnis perseroan ke depan.
"DRMA bertekad untuk meningkatkan kemampuan engineering dalam mengembangkan produk-produk yang belum memenuhi syarat minimal persentase TKDN," ujar Irianto.
Upaya tersebut seiring Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Airlangga Hartanto yang mengusulkan untuk melanjutkan beberapa insentif prioritas pada 2025, salah satunya insentif PPN 1 persen untuk mobil listrik. Dalam insentif itu, kendaraan listrik harus diproduksi langsung di Indonesia dengan persentase TKDN minimal 40 persen, sehingga menjadi peluang besar untuk pertumbuhan bisnis perseroan ke depan
Selain itu, Irianto menjelaskan bahwa penggunaan sepeda motor listrik di Indonesia terus menunjukkan peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Kementerian Perindustrian mencatat sebanyak 172 ribu unit kendaraan motor listrik telah melintasi jalanan di Indonesia pada 2024, atau naik 48 persen year on year (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 116 ribu unit.
Irianto optimistis perseroan dapat mempertahankan kinerja pada kuartal IV- 2024, ditopang oleh peningkatan efisiensi kerja dengan improvement secara terus-menerus dalam sistem produksi, salah satunya yaitu otomatisasi sistem produksi.
Sementara itu dalam hal efisiensi, Ia menjelaskan anak perusahaan yaitu PT Dharma Controlcable Indonesia (DCI) telah meningkatkan lini produksi battery pack menjadi sepenuhnya otomatis.
Melalui investasi yang berfokus pada produksi battery pack untuk sepeda motor listrik (2W EV) dan sistem penyimpanan energi baterai tersebut, Ia berharap perseroan bisa menggenjot pendapatan dari produksi battery pack seiring dengan semakin kencangnya derap pertumbuhan industri kendaraan listrik di Tanah Air.
Sementara itu, anak perusahaan lainnya yaitu PT Dharma Precision Parts (DPA) telah membangun pabrik baru yang akan melipatgandakan area produksi perseroan. Pabrik baru itu akan menjadi tempat produksi motor BLDC (Brushless Direct Current), yaitu penggerak utama (motor) untuk kendaraan listrik 2W.
Saat ini, lanjutnya, BLDC yang diproduksi oleh DRMA telah digunakan dalam bisnis konversi kendaraan 2W berbahan bakar ICE menjadi EV, yang nantinya beroperasinya pabrik baru ini otomatis menciptakan sumber pendapatan baru bagi perseroan.
“Battery pack dan BLDC ini merupakan kunci dari proyek konversi kendaraan listrik roda dua DRMA, dengan tujuan untuk menciptakan jalur penjualan baru bagi Perseroan,” ujar Irianto.
Sebagai informasi, pada kuartal III-2024, Perseroan membukukan penjualan Rp4 triliun. Dalam situasi industri yang kurang bersahabat di tahun 2024 ini, Perseroan bisa mencatatkan pertumbuhan penjualan 20 persen secara bulanan.
Meskipun jika dibandingkan dari tahun sebelumnya ada penurunan 5 persen. Laba usaha tercatat sebesar Rp548 miliar, naik 65 persen secara bulanan, atau turun 20 persen YoY. Adapun laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp412 miliar, meningkat 69 persen.