Prabowo Dorong Ekonomi Kreatif Jadi Mesin Pertumbuhan Ekonomi Nasional
- Istimewa
Jakarta, VIVA - Menteri Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif (MenEkraf/KaBekraf), Teuku Riefky Harsya mengatakan ekonomi kreatif merupakan mesin pertumbuhan baru (new engine of growth) perekonomian nasional. Makanya, ia mengajak seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) menyatukan visi mendukung ekonomi kreatif.
“Untuk pertama kalinya ekonomi kreatif menjadi sebuah kementerian dalam sejarah Indonesia. Tentu, kami melihat maksud dan tujuan dari pemerintah yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto, bahwa sektor ekonomi kreatif akan didorong menjadi mesin pertumbuhan baru ekonomi nasional,” kata Riefky dikutip pada Kamis, 14 November 2024.
Tentu saja, kata dia, hal ini tidak lepas dari potensi pariwisata dan ekonomi kreatif yang ada di seluruh daerah Indonesia untuk dikembangkan menjadi tulang punggung ekonomi daerah. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi pada masa VOC itu digerakkan oleh sektor perkebunan, pertanian dan pertambangan yang padat karya.
“Pada era 1980-an, ekonomi kita bertumpu pada sektor industri yang padat modal. Kini, perekonomian Indonesia dan dunia bergerak ke arah ekonomi yang padat cipta. UMKM yang disentuh dengan inovasi, disentuh dengan teknologi, itu dapat menjadi ekonomi kreatif. Mengekonomikan kreativitas,” jelas dia.
Maka dari itu, Riefky mengatakan ekonomi kreatif ditargetkan menjadi motor penggerak baru perekonomian nasional yang diproyeksikan tumbuh hingga 8 persen sampai tahun 2029. “Sehingga, perlu adanya dukungan agar tercipta ruang dan peluang investasi ekonomi kreatif di daerah-daerah,” ujarnya.
Hingga semester I tahun 2024, tercatat mengalami capaian positif di sektor ekonomi kreatif Indonesia. Nilai tambah sektor ini mencapai Rp749 triliun atau 55 persen dari target Rp1.347 triliun. Nilai ekspor produk ekonomi kreatif mencapai 12 miliar dolar AS atau 45 persen dari target 27,5 miliar dolar AS.
Kontribusi terbesar berasal dari empat subsektor yakni fesyen (6,7 miliar dolar AS), kriya (4,7 miliar dolar AS), kuliner (830 juta dolar AS), dan penerbitan (6 juta dolar AS). Adapun, penyerapan tenaga kerja di sektor ini terus meningkat dengan total 24,9 juta tenaga kerja pada 2023.
“Kita harus menyadari ada tren baru di dunia yang mulai masuk ke daerah-daerah kita. Jika dulu tambang emas dan batu bara menjadi andalan, kini potensi tambang pariwisata dan ekonomi kreatif yang harus dimanfaatkan,” ungkapnya.