Mengenal Financial Nihilism yang Ramai di Kalangan Gen Z, Apa Sih Sebabnya?

Ilustrasi generasi muda.
Sumber :
  • www.pexels.com

Jakarta, VIVA – Istilah financial nihilism atau nihilisme finansial belakangan ini semakin populer di kalangan Gen Z dan sebagian Milenial. Pandangan ini, merujuk pada keputusasaan atau sikap tidak percaya bahwa saran keuangan konvensional dan mimpi hidup mapan, bisa dicapai di era sekarang. 

Indonesia Waspada, Serangan Ini Meningkat Drastis

Menurut data Pew Research, sekitar sepertiga dari anak muda di Amerika yang berusia 18 hingga 34 tahun, tinggal bersama orang tua mereka, dan ini merupakan angka tertinggi sejak tahun 1940-an. Sementara itu, data Sensus AS menunjukkan bahwa pada 2022, hampir setengah dari penduduk berusia 18 hingga 29 tahun juga tinggal di rumah orang tua mereka.

Berbagai faktor pun memicu munculnya financial nihilism di kalangan anak muda. Apa sih penyebabnya? Berikut informasi selengkapnya seperti dirangkum dari The Reynolds Center for Business Journalism, Senin, 11 November 2024.

Mengenal Istilah 'Latte Factor' yang Bikin Gen Z dan Milenial Makin Boncos

Penyebab Financial Nihilism di Kalangan Gen Z

Investasi ETF untuk Generasi Z

Photo :
  • freepik.com
Karir Baru, Tantangan Baru: 10 Tips Persiapan Career Switch yang Tepat

1. Pandemi COVID-19

Pandemi COVID-19 yang berlangsung selama beberapa tahun, menciptakan dampak besar pada lapangan kerja dan peluang ekonomi. Apalagi, bagi generasi muda yang baru memulai karier. 

Banyak di antara mereka yang kehilangan pekerjaan atau mengalami penurunan pendapatan, sehingga sulit mencapai kemandirian finansial.

2. Inflasi yang Terus Meningkat

Biaya hidup yang terus melonjak turut berkontribusi pada pandangan pesimistis Gen Z terhadap sistem keuangan. Harga kebutuhan sehari-hari yang naik jauh lebih cepat dibandingkan dengan kenaikan upah, membuat banyak anak muda merasa sulit menabung atau membeli aset, termasuk rumah.

3. Beban Utang Pendidikan

Biaya pendidikan tinggi yang terus meningkat, menambah beban finansial bagi Gen Z. Banyak di antaranya yang terjebak dalam utang pendidikan, sehingga justru mempersempit kemampuan mereka untuk mencapai stabilitas keuangan, apalagi membeli rumah atau aset berharga lainnya.

4. Harga Rumah yang Makin Mahal

Harga properti yang semakin mahal membuat impian memiliki rumah semakin tidak realistis bagi generasi muda. Penyesuaian inflasi menunjukkan bahwa harga rumah untuk Milenial 50 persen lebih tinggi daripada saat Baby Boomers seusia mereka, sementara kenaikan gaji hanya 20 persen. Akibatnya, banyak yang memilih untuk tetap tinggal bersama orang tua atau menyewa kontrakan atau kost sepanjang hidup.

5. Gaya Hidup YOLO

Banyak anak muda saat ini, khususnya Gen Z, mengadopsi mentalitas “YOLO” (you only live once) yang mendorong mereka untuk menghabiskan penghasilan pada kesenangan sesaat. Alhasil, tinggal bersama orang tua, menjadi opsi mereka untuk dapat menghemat pengeluaran pokok.

Misalnya, untuk sewa tempat tinggal atau biaya makanan sehari-hari, sehingga mereka memiliki lebih banyak uang untuk pengeluaran lain. Menurut laporan Morgan Stanley, kondisi ini bahkan berimbas pada peningkatan konsumsi barang-barang mewah oleh Gen Z.

Dampaknya Positif atau Negatif?

Financial nihilism dapat memunculkan kesadaran tentang perlunya perubahan dalam sistem ekonomi agar lebih inklusif bagi generasi muda. Namun, sikap pesimistis ini juga bisa menjadi penghalang bagi generasi muda dalam merencanakan keuangan jangka panjang, sehingga sulit untuk mencapai stabilitas di masa depan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya