Tertinggal dari Negara Tetangga, Sri Mulyani Sebut Sektor Manufaktur RI Memprihatinkan

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam konferensi pers APBN KiTA di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat, 8 November 2024
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Jakarta, VIVA - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, saat ini kondisi sektor manufaktur Indonesia tengah berada dalam kondisi yang cukup memprihatinkan.

PPN Naik Jadi 12 Persen, Ketua Aprindo Minta Sri Mulyani Tinjau Ulang

Dia membeberkan, hal itu sebagaimana yang terlihat dari realisasi Purchasing Managers' Index (PMI) Manufacturing, yang terus berada dalam teritori kontraksi selama 4 bulan beruntun. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

"Terlebih, kondisi di global, aktivitas manufaktur juga tercatat masih melemah di level 49,4, dan kontraksi ini sudah terjadi sejak Juli (2024)," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat, 8 November 2024.

Rencana Sri Mulyani Kejar Potensi Pajak Underground Economy

Meski demikian, Menkeu mengakui bahwa kondisi serupa juga dialami oleh banyak negara lainnya di dunia, yang sektor manufakturnya juga mengalami tantangan berupa stagnasi atau bahkan terkontraksi.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati (dok: Instagram smindrawati)

Photo :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia
Sri Mulyani Ungkap PPN Naik Jadi 12 Persen Sesuai UU Mulai 1 Januari 2025

Sebab, Dia mengatakan bahwa hanya India saja yang sektor manufakturnya masih bisa tumbuh paling tinggi, dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.

"Sementara sebagian besar (negara) lainnya berada dalam posisi stagnan atau bahkan terkontraksi," ujar Menkeu.

Namun, Sri Mulyani juga mengakui bahwa kondisi sektor manufaktur Indonesia memang tidak bisa dibilang berada dalam kondisi yang baik.

Bahkan apabila dibandingkan dengan sejumlah negara tetangga seperti misalnya Vietnam, Singapura, Filipina, dan Thailand, kondisi sektor manufaktur RI saat ini masih tertinggal.

"Negara kita masih situasi kontraksi 49,2, sementara Filipina, Vietnam, Singapura, dan bahkan Thailand, sudah berada di level 50," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya