Alasan Orang Kaya Semakin Kaya, Nomor 4 Paling Berpotensi Bikin Miskin
- http://www.evogood.com
Jakarta, VIVA – Kesenjangan ekonomi terus melebar antara si kaya dan di miskin seiring menyusutnya kelas menengah di berbagai negara. Fenomena orang kaya yang semakin kaya ternyata bukan kebetulan semata tetapi mereka punya prinsip dan kedisiplinan yang baik dalam mengatur keuangan.
Dikutip dari New Trade U pada Jumat (8/11/2024), ketimpangan kekayaan meningkat secara substansial selama enam dekade terakhir. Pada tahun 1963, keluarga terkaya memiliki harta 36 kali lipat dari keluarga miskin dan rasionya tumbuh menjadi 71 kali lipat pada tahun 2022.
Dinamika demografi tersebut dikenal K-shaped. Bentuk huruf K ini mempunyai arti bahwa orang kaya diuntungkan oleh apresiasi aset sedangkan kelompok berpenghasilan menengah dan bawah menghadapi biaya yang lebih tinggi dan tekanan keuangan.
Situasi tersebut terjadi bukan tanpa ada alasan yang jelas. Usut punya usut ternyata orang kaya mempunyai kelebihan dalam mengelola keuangan mereka ketimbangan orang miskin.Â
1. Mengajarkan Edukasi Finansial Sejak Kecil
Keluarga yang berkecukupan biasanya mulai mengajarkan anak-anak mereka tentang pengelolaan uang sejak usia tujuh tahun. Mereka menekankan konsep-konsep seperti menunda kepuasan, dasar-dasar investasi hingga perbedaan antara aset dan kewajiban.
Hal ini berbanding terbalik dengan anak-anak dari kelas menengah yang fokus mengajarkan materi pelajaran formal, seperti Matematika. Perbedaan didikan menyebabkan orang dewasa dari kelas menengah dan bawah lebih sulit memahami konsep-konsep keuangan, seperti bunga majemuk, optimalisasi pajak hingga diversifikasi portofolio.
2. Memanfaatkan Pinjaman untuk Hasilkan Passive Income
Orang kaya cenderung menggunakan pinjaman maupun kartu kredit untuk membeli aset yang dapat menjadi sumber penghasilan sampingan. Rumah tangga kelas menengah digunakan untuk mempertahankan gaya hidup yang mengharuskan mereka membayar 20-25 persen atas saldo yang bergulir.
Misalnya, investor real estate mengambil pinjaman hipotek 4 persen pada properti yang menghasilkan laba tahunan 8-10 persen. Meskipun ada utang, orang kaya berhasil menciptakan arus kas positif dari imbal hasil investasi.Â
3. Memilih Investasi daripada Tabungan
Rata-rata rekening tabungan harus membayar bunga sekitar 0,4 persen belum ditambah inflasi sebesar 3-4 persen per tahun. Kebiasaan menabung hanya akan merugikan karena uang akan berkurang perlahan sekaligus kehilangan daya beli.
Orang kaya sangat sadar akan hal itu sehingga lebih memilih untuk investasi untuk menyimpan hartanya. Mereka akan menanamkan modal pada aset yang menawarkan keuntungan yang lebih baik secara historis tetapi relatif likuid, seperti saham, reksa dana dan  real estate investment trusts (REITs).
4. Mempertahankan Gaya Hidup saat Gaji Naik
Orang kaya lebih memilih untuk mempertahankan gaya hidup mereka meskipun pendapatan bertambah. Mereka cenderung akan mengalokasikan kelebihan anggaran untuk investasi.
Berbeda dengan kalangan kelas menengah yang pengeluarannya malah melonjak sebanyak 75-100 persen guna memenuhi gaya hidup yang justru akan membebani keuangan. Pembaharuan yang dilakukan meliputi mobil baru, rumah yang lebih besar hingga makan di restoran yang lebih mewah.Â
5. Memiliki Lebih dari Satu Aliran Pendapatan
Studi menunjukkan orang kaya mempunyai setidaknya tujuh aliran pendapatan sementara kelas menengah hanya bergantung pada satu atau dua penghasilan. Perbedaan ini secara gamblang menunjukkan pertumbuhan yang pesat dari kelas atas sedangkan pertumbuhan rumah tangga kelas menengah relatif rentan dan terbatas.
Orang kaya biasanya memiliki diversifikasi pendapatan dari bisnis sampingan, dividen investasi, sewa properti, atau produk digital. Side hustle ini menciptakan ketahanan finansial dan mempercepat pembangunan kekayaan sehingga tidak heran jika mereka semakin makmur dari tahun ke tahun.
6. Menghindari Pembelian Barang yang Nilainya Cepat Turun
Orang kaya memiliki prinsip untuk meminimalkan pengeluaran atas barang-barang yang cepat kehilangan nilainya. Barang yang dimaksud seperti mobil baru yang harganya cenderung merosot hingga 30 persen hanya dalam tiga tahun pertama, pakaian bermerk, dan lainnya.
Mereka lebih menyukai pada perolehan aset yang terapresiasi, seperti menggendutkan portofolio investasi yang mampu menghasilkan laba tahunan hingga 7-10 persen. Sehingga harta mereka akan terus bertambah saat daya beli uang fiat makin anjlok.Â