Gubernur BI Ungkap Tantangan Terbitkan Instrumen Moneter Syariah

Ilustrasi keuangan syariah.
Sumber :
  • rumahku.com

Jakarta, VIVA – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, membeberkan tantangan yang dihadapinya dalam menerbitkan instrumen moneter berbasis syariah. Salah satunya yakni keterbatasan underlying, sehingga menjadi faktor utama BI kesulitan memperkenalkan instrumen sukuk di pasar uang.

Bank Indonesia Ungkap 7.500 Rekening Bank yang Terkait Judi Online Telah Dibekukan

“Instrumen moneter kita punya SRBI yang mana itu konvensional, so many yang kita issue hampir Rp 900 triliun. Tapi kita juga issue the same monetary instrument based on islamic sukuk tapi kita tidak punya underlying-nya,” kata Perry dalam acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF), Kamis, 31 Oktober 2024.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo

Photo :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia
15 Pinjaman Online Syariah Terbaik 2024, Aman dan Langsung Cair dalam Hitungan Jam

Perry menyebut, BI tidak bisa mengeluarkan lebih banyak instrumen sukuk tanpa adanya underlying yang memadai. Saat ini pun underlying yang tersedia sangat terbatas seperti Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).

Lebih lanjut Perry menuturkan, di tengah keterbatasan underlying sukuk dia menilai pentingnya digitalisasi sebagai solusi. Sebab dengan digitalisasi akan menciptakan lebih banyak inovasi produk dan memungkinkan akses yang lebih luas ke instrumen keuangan, termasuk instrumen berbasis syariah. 

Bagaimana Ketidakpastian Geopolitik Mempengaruhi Kebijakan Suku Bunga Indonesia? Pahami Disini!

Perry menuturkan, digitalisasi tidak hanya memperkenalkan inovasi produk, namun juga akan mengintegrasikan layanan keuangan secara keseluruhan. 

"Digitalisasi juga membuat integrated financial services bank still there tapi financial services will be integrated to digitalisasi,” kata Perry.

Selain itu, Perry mengatakan bahwa di masa depan layanan keuangan tidak lagi berfokus pada institusi, melainkan pada integrasi layanan yang mencakup berbagai sektor. Mulai dari perbankan komersial hingga institusi keuangan non-bank, seperti takaful (asuransi syariah) dan institusi keuangan sosial.

Perry juga menekankan bahwa integrasi layanan keuangan ini akan semakin penting seiring dengan digitalisasi yang semakin pesat.

"Ini yang membuat tidur saya setiap malam semakin sulit. Tidak hanya memikirkan inovasi, digitalisasi, layanan keuangan yang terintegrasi, tetapi sebagai gubernur bank sentral, bagaimana saya bisa membuat kebijakan untuk menciptakan itu semua,” kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya